Dalam bidang manufaktur, kontrol kualitas adalah salah satu aspek terpenting yang perlu dipertimbangkan. Sebagai sebuah perusahaan, pastinya mereka ingin memastikan bahwa semua produk yang dibuat telah memenuhi standar kualitas tertinggi serta memastikan bahwa proses produksi konsisten dan dapat diandalkan. Dua metodologi yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas adalah Statistical Process Control (SPC) dan Measurement System Analysis (MSA). Dalam artikel ini, kita akan membahas apa yang dimaksud oleh kedua metodologi ini, pentingnya kedua metodologi ini, perbedaan utama, manfaat, kapan menggunakannya, dan apa saja kesalahan umum yang harus dihindari.
Statistical Process Control (SPC) adalah teknik yang digunakan dalam bidang manufaktur dan kontrol kualitas untuk memantau dan meningkatkan proses. SPC melibatkan penggunaan metode statistik untuk menganalisis data yang dikumpulkan dari suatu proses guna mengidentifikasi dan mengendalikan perbedaan kualitas, serta mempertahankan standar kualitas. SPC adalah teknik yang umum dipakai untuk memastikan kualitas produk yang dibuat konsisten dan berkualitas tinggi. Konsep Statistical Process Control pertama kali dikemukakan oleh Walter A. Shewhart, bapak SPC di Bell Laboratories pada tahun 1920. Berbekal pengalaman dalam teori statistik pada zamannya, Shewhart mampu mendeteksi perbedaan kualitas produk dari suatu proses. Dia mencatat bahwa beberapa dari perbedaan tersebut “alami” untuk prosesnya sedangkan yang lain tidak. Selanjutnya, ia bersama teman-temannya mencoba mengimplementasikan konsep tersebut dalam inspeksi pengambilan sampel. Dia berkolaborasi dengan tentara untuk mendapatkan produsen amunisi untuk menggunakan grafik dan kontrol kualitas statistiknya dalam produksi senjata untuk Perang Dunia II. Berkaca dari penggunaan SPC yang telah digunakan selama satu dekade kini SPC digunakan dalam berbagai industri termasuk kedirgantaraan, otomotif, dan elektronik.
Konsep dasar di balik SPC adalah mencatat kinerja proses dari waktu ke waktu, dan mengidentifikasi ketika proses tersebut bekerja di luar batas yang telah ditentukan. Batas-batas ini biasanya ditentukan dengan menggunakan analisis statistik dari catatan data historis dan didasarkan pada kinerja proses ketika proses itu berjalan dengan benar. Jika proses berada di luar batas-batas ini, maka proses tersebut dianggap berada di luar kendali dan tindakan korektif akan segera diambil untuk mengembalikannya ke dalam kendali. Alat yang paling umum digunakan dalam SPC adalah bagan kendali. Diagram kontrol adalah grafik yang menunjukkan bagaimana variabel proses (misalnya suhu, tekanan, atau berat) berubah dari waktu ke waktu. Grafik ini mencakup garis tengah (biasanya nilai rata-rata variabel proses) dan dua garis di atas dan di bawah garis tengah yang mewakili batas kontrol. Titik data yang berada di dalam batas kendali dianggap berada dalam kendali statistik, sedangkan titik data yang berada di luar batas kendali dianggap berada di luar kendali. Ketika sebuah proses berada dalam kendali, berarti proses tersebut beroperasi dalam batas-batas yang stabil dan dapat diprediksi. Hal tersebut memungkinkan identifikasi masalah sebelum masalah yang sebenarnya terjadi terutama masalah yang dapat diatasi sebelum menyebabkan kecacatan pada produk akhir. Selain itu, SPC dapat digunakan untuk mengoptimalkan kinerja proses dengan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan dan mengurangi perbedaan.
Ada beberapa langkah utama yang dilakukan dalam penerapan SPC di lingkungan manufaktur. Langkah pertama adalah mengumpulkan data dari proses. Hal tersebut dapat dilakukan secara manual atau menggunakan sistem pengumpulan data otomatis. Data kemudian dianalisis menggunakan metode statistik untuk membuat bagan kendali. Lalu tentukan batas kontrol, batas kontrol ditentukan berdasarkan data historis dan digunakan untuk mengidentifikasi kapan proses berada di luar kendali. Lalu agar proses tersebut tetap terkendali maka proses harus terus dipantau menggunakan alat yang disebut bagan kendali. Jika misalnya proses berada di luar kendali, maka tindakan korektif segera diambil untuk mengembalikannya ke dalam kendali.
Secara keseluruhan, Statistical Process Control adalah teknik yang penting dalam manajemen kualitas dan peningkatan proses. Alat ini memungkinkan identifikasi potensi masalah sebelum masalah tersebut terjadi serta menyediakan metode untuk memantau kinerja proses dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan SPC, perusahaan dapat memastikan produk yang dihasilkan konsisten dan berkualitas tinggi, sehingga berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan dan peningkatan kinerja bisnis.
Sedangkan Measurement System Analysis (MSA) adalah alat yang digunakan dalam manajemen kualitas untuk menilai akurasi, presisi, dan stabilitas sistem pengukuran. MSA digunakan untuk menentukan kualitas data yang dikumpulkan, serta untuk mengidentifikasi sumber perbedaan yang dapat memengaruhi keakuratan hasil pengukuran. Alat ini sangat penting dalam memastikan bahwa data yang dapat diandalkan digunakan untuk membuat keputusan yang tepat mengenai kontrol proses dan kualitas produk. MSA digunakan untuk mengevaluasi seluruh sistem pengukuran dalam proses manufaktur. Pengukuran tersebut meliputi peralatan, operator, dan prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data. MSA menyediakan metode untuk menentukan efektivitas sistem pengukuran, serta untuk mengidentifikasi area yang berpotensi membutuhkan perbaikan. MSA adalah bagian penting dari program manajemen mutu, dan digunakan di berbagai industri termasuk manufaktur, perawatan kesehatan, dan penelitian.
Komponen utama MSA meliputi hal-hal berikut ini:
Akurasi: Akurasi sistem pengukuran mengacu pada seberapa dekat pengukuran yang diperoleh sesuai dengan nilai sebenarnya. MSA digunakan untuk menentukan seberapa akurat sistem pengukuran mengukur parameter proses.
Presisi: Presisi sistem pengukuran mengacu pada tingkat reproduktifitas atau konsistensi dalam pengukuran. MSA digunakan untuk menentukan seberapa tepat sistem pengukuran mengukur parameter proses.
Stabilitas: Stabilitas sistem pengukuran mengacu pada seberapa konsisten sistem pengukuran dari waktu ke waktu. MSA digunakan untuk menentukan stabilitas sistem pengukuran dengan menganalisis data dalam jangka waktu yang lama.
Pengulangan: Pengulangan sistem pengukuran mengacu pada tingkat kesepakatan antara pengukuran berulang dari sampel yang sama oleh operator yang sama dengan menggunakan peralatan yang sama. MSA digunakan untuk menentukan pengulangan sistem pengukuran.
Reproduksibilitas: Reproduksibilitas sistem pengukuran mengacu pada tingkat kesepakatan antara pengukuran sampel yang sama oleh operator yang berbeda atau peralatan yang berbeda. MSA digunakan untuk menentukan kemampuan reproduksi sistem pengukuran.
Alat yang paling umum digunakan dalam MSA adalah Gage R&R (Repeatability and Reproducibility) Study. Metodologi tersebut digunakan untuk menentukan variabilitas dalam sistem pengukuran yang disebabkan oleh peralatan, operator, dan prosedur. Metodologi tersebut melibatkan pengumpulan data dari beberapa operator dan peralatan, lalu data tersebut dianalisis guna untuk menentukan sumber variabilitas nya. Hasil penelitian dari analisa tersebut dapat digunakan untuk melakukan perbaikan pada sistem pengukuran untuk mengurangi variabilitas dan meningkatkan akurasi pengukuran.
Secara keseluruhan, MSA adalah alat penting dalam manajemen kualitas. MSA memastikan bahwa data yang dikumpulkan adalah data yang tepat dan akurat. Data tersebut sangat penting untuk membuat keputusan yang tepat mengenai kontrol proses dan kualitas produk. Dengan menggunakan MSA, perusahaan dapat mengidentifikasi sumber variabilitas dalam sistem pengukuran dan melakukan perbaikan untuk mengurangi variabilitas dan meningkatkan akurasi pengukuran. Hal tersebut tentunya berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan, peningkatan kualitas produk, dan pengurangan biaya terkait dengan cacat dan pengerjaan ulang pada proses manufaktur.
Dari pembahasan mengenai dua metodologi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Statistical Process Control (SPC) dan Measurement System Analysis (MSA) merupakan dua alat manajemen kualitas penting yang banyak digunakan dalam industri manufaktur. Kedua alat ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk dengan mengidentifikasi dan mengurangi variabilitas / perbedaan dalam proses produksi. Namun, terdapat beberapa perbedaan utama di antara keduanya yang penting untuk dipahami.
Secara singkat Statistical Process Control (SPC) adalah teknik yang menggunakan metode statistik untuk memantau dan mengendalikan proses produksi. SPC digunakan untuk mendeteksi dan mencegah masalah kualitas dalam proses produksi sebelum terjadi. SPC bergantung pada pengumpulan dan analisis data untuk memantau kinerja proses dari waktu ke waktu. SPC menggunakan alat statistik seperti diagram kontrol untuk menganalisis data dan mengidentifikasi tren atau pola yang dapat mengindikasikan suatu proses jika berada di luar kendali. SPC digunakan untuk memastikan bahwa suatu proses stabil, dapat diprediksi, dan dalam batas spesifikasi.
Sedangkan Measurement System Analysis (MSA) adalah teknik yang digunakan untuk menentukan akurasi, presisi, dan stabilitas sistem pengukuran. MSA digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur sumber variasi dalam sistem pengukuran. Contohnya seperti kesalahan operator, penyimpangan instrumen, atau faktor lingkungan. MSA membantu memastikan bahwa hasil data pengukuran yang didapatkan tepat dan akurat, karena data tersebut sangat penting untuk membuat keputusan yang tepat mengenai kontrol proses dan kualitas produk.
Perbedaan utama antara SPC dan MSA adalah bahwa SPC berfokus pada proses produksi, sedangkan MSA berfokus pada sistem pengukuran. SPC digunakan untuk memonitor dan mengontrol proses untuk memastikan bahwa proses tersebut stabil dan berada dalam batas spesifikasi. MSA digunakan untuk menilai akurasi dan presisi dari sistem pengukuran untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan dari proses tersebut dapat diandalkan dan akurat. Perbedaan lain antara SPC dan MSA adalah bahwa SPC adalah alat proaktif, sedangkan MSA adalah alat reaktif. SPC digunakan untuk mengidentifikasi dan mencegah masalah sebelum terjadi, sedangkan MSA digunakan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah setelah terjadi. SPC digunakan untuk memantau kinerja proses secara terus menerus, sedangkan MSA digunakan untuk mengevaluasi akurasi dan presisi sistem pengukuran secara berkala.
Tidak ada sistem yang sempurna, tak terkecuali SPC dan MSA. Salah satu kesalahan paling umum dalam SPC adalah kegagalan dalam mengumpulkan data yang cukup. SPC membutuhkan sejumlah besar data agar efektif, dan jika gagal dalam mengumpulkan data yang cukup maka dapat menyebabkan hasil yang tidak akurat. Kesalahan umum lainnya adalah kegagalan menggunakan diagram kontrol yang benar untuk data yang sedang dianalisis. Sedangkan dalam MSA, salah satu kesalahan yang paling umum terjadi adalah gagal mempertimbangkan semua sumber variasi. MSA membutuhkan analisis menyeluruh terhadap sistem pengukuran, dan kegagalan untuk mempertimbangkan semua sumber variasi dapat menyebabkan hasil yang tidak akurat. Kesalahan umum lainnya adalah tidak melakukan studi MSA secara teratur untuk memastikan bahwa sistem pengukuran masih akurat dan dapat diandalkan.
Singkatnya, baik Statistical Process Control maupun Measurement System Analysis merupakan alat yang penting dalam manajemen kualitas, namun keduanya memiliki tujuan yang berbeda. SPC berfokus pada proses produksi dan bertujuan untuk mendeteksi dan mencegah masalah kualitas sebelum terjadi. MSA berfokus pada sistem pengukuran dan bertujuan untuk memastikan bahwa data pengukuran dapat diandalkan dan akurat. Kedua alat ini sangat penting untuk mempertahankan kualitas produk tingkat tinggi dan harus digunakan bersama-sama untuk mencapai hasil terbaik.
Kesimpulannya, SPC dan MSA adalah komponen penting dari kontrol kualitas di bidang manufaktur. SPC memungkinkan perusahaan untuk memantau, mengontrol, dan meningkatkan proses manufaktur, sementara MSA memungkinkan perusahaan untuk memastikan bahwa pengukuran yang dikumpulkan akurat dan dapat diandalkan. Pilihan metodologi mana yang akan digunakan tergantung pada kebutuhan spesifik proses manufaktur pada suatu perusahaan. Jika perusahaan perlu memantau dan mengontrol proses manufaktur, maka SPC adalah pilihan yang tepat. Jika perusahaan perlu mengevaluasi keandalan dan keakuratan sistem pengukuran, maka MSA adalah cara yang tepat. Dengan menggunakan kedua metodologi ini, perusahaan dapat memastikan bahwa produk memenuhi standar kualitas tertinggi, dan bahwa proses manufaktur konsisten dan dapat diandalkan.
Statistical Process Control VS Measurement System Analysis
Dalam bidang manufaktur, kontrol kualitas adalah salah satu aspek yang penting karena setiap perusahaan selalu ingin memastikan bahwa produk buatanya telah memenuhi standar kualitas tertinggi. Dalam mengontrol kualitas terdapat dua metodologi yang umum digunakan yaitu SPC dan MSA.
Statistical Process Control (SPC) adalah teknik yang digunakan dalam bidang manufaktur dan kontrol kualitas untuk memantau dan meningkatkan proses. Sedangkan Measurement System Analysis (MSA) adalah alat yang digunakan dalam manajemen kualitas untuk menilai akurasi, presisi, dan stabilitas sistem pengukuran.
Meskipun sama-sama berperan penting dalam bidang manufaktur, keduanya memiliki perbedaan. SPC memungkinkan perusahaan untuk memantau, mengontrol, dan meningkatkan proses manufaktur, sementara MSA memungkinkan perusahaan untuk memastikan bahwa pengukuran yang dikumpulkan akurat dan dapat diandalkan.