Pemerintah diberbagai negara masih terus melakukan upaya pencegahan untuk menekan lonjakan kasus Covid-19 yang masih terjadi di dunia. Upaya itu dilakukan dengan berbagai model kebijakan. Tidak terkecuali juga di negara Indonesia, lewat Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengumumkan akan menggunakan ilustrasi Swiss Cheese Model sebagai upaya mengakhiri pandemi COVID-19. Dalam hal ini, kehadiran Vaksin Corona bukan menjadi satu-satunya kunci mengakhiri pandemi, melainkan didukung sejumlah upaya lainnya. Upaya pengendalian Corona COVID-19 dengan kepatuhan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun) dan 3T, yakni testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan), serta treatment (perawatan) harus turut dijalankan. Pada ilustrasi (Swiss Cheese Model), dapat lihat bersama bahwa layaknya jajaran lapisan keju yang berlubang. Maka, satu sama lain lapisan saling menutupi lubang pada lapisan keju di depan maupun di belakangnya. Bisa dilihat dan diingat, satu upaya pengendalian COVID-19 saja tidak akan cukup efektif jika tidak disertai upaya lainnya yang menutup kekurangan masing-masing dan saling melengkapi. Misalnya, penerapan protokol kesehatan 3M yang hanya mengindahkan satu aspek saja ataupun upaya 3T saja. Jika hanya mengupayakan satu aspek saja, akan menghasilkan pengendalian dan penanganan COVID-19 yang kurang efektif. Oleh karena itu, perlu kerjasama masyarakat untuk bersungguh-sungguh mengendalikan COVID-19. Langkah vaksinasi di tingkat nasional harus tetap diikuti kedisiplinan kita menjalankan kesehatan pada setiap kegiatan. Ingat, vaksinasi akan berjalan efektif apabila kita semua secara disiplin menjalankan protokol kesehatan, ungkap Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden (10/12/2020), Liputan6.com.
Swiss Cheese Theory ataupun umumnya di sebut pula teori lapis keju adalah salah satu teori yang dipakai dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Di Indonesia sendiri, para praktisi serta akademisi jamak memakai sebutan Teori Swiss Cheese. Sebaliknya di banyak literatur internasional sebutan yang digunakan yakni Swiss Cheese Model (SCM). SCM kerap digunakan dalam investigasi kecelakaan serta penangkalan kecelakaan kerja. Ada pula pencetus awal kali Swiss Cheese Model (SCM) ini ialah Profesor James Reason dari University of Manchester. Profesor James Reason lahir pada tahun 1938 serta tinggal di Watford, dekat London, Inggris Raya. Awal mulanya James Reason mengawali karir profesionalnya selaku mahasiswa kedokteran tetapi setelah itu mengubah jurusannya ke psikologi. Perihal ini disebabkan latar belakang cerita yang unik di mana ia lagi duduk di suatu kafetaria dikala musim panas setelah itu ia memandang sekumpulan wanita muda yang memesona. Gadis-gadis itu nyatanya ialah mahasiswi dari psikologi terapan. Profesor James Reason lulus pada tahun 1962 dengan honors (penghargaan) dari Departemen Psikologi, Universitas Manchester. Profesor James Reason menikah di tahun 1964.
Profesor James Reason mengawali publikasinya pada tahun 1961 yang mencakup tema motion sickness, absent mindedness, human error, faktor manusia, budaya keselamatan dan kesehatan kerja, patient safety dan mengelola resiko dari kecelakaan organisasi pada bermacam industri. Ada pula ketertarikan dini James Reason merupakan terpaut dengan aviasi, ergonomic kokpit pesawat, dan motion sickness. Setelah lulus, ia bekerja di Institut Medis Penerbangan Royal Air Force di Farnborough untuk beberapa tahun. Ia pula memperoleh lisensi selaku pilot individu. Ia kembali ke dunia akademis buat mempertahankan thesisnya pada tahun 1967 di mana ia bekerja sampai tahun 1976. Pada saat yang sama, ia melaksanakan studi pada motion sickness dan disorientasi pada ruang terbang di Institut Medis Aerospace US Naval di Florida. James Reason memperoleh gelar professor psikologi dari tahun 1977 sampai 2001 pada Universitas Manchester. Karya besar James Reason dimulai dari suatu cerita yang diceritakan dalam bukunya “ A Life in Error – From Little Slips to Big Disasters”, “One afternoon in the early 1970s, I was boiling a kettle of tea. The teapot (those were the days when tea leaves went into the pot rather than teabags) was waiting open-topped on the kitchen surface. At that moment, the cat – a very noisy Burmese – turned up at the nearby kitchen door, howling to be fed. I have to confess I was slightly nervous of this cat and his needs tended to get priority. I opened a tin of cat food, dug in a spoon and dolloped a large spoonful of cat food into the teapot. I did not put tea leaves in the cat’s bowl. It was an asymmetrical behavioural spoonerism”. Arti dalam bahasa Indonesia (“Pada suatu sore di awal tahun 1970, aku sedang mendidihkan ketel teh. Teko teh (dahulu daun teh yang dimasukkan pada teko bukan kantong teh) sedang menunggu dengan kondisi terbuka pada permukaan dapur. Pada saat itu, seekor kucing yang sangat berisik dari jenis Burmese, muncul di dekat pintu dapur mengeon untuk meminta makan. Aku harus mengakui bahwa aku sedikit gugup kepada kucing ini dan kebutuhan kucing ini cenderung aku prioritaskan. Aku membuka sebuah kaleng makanan kucing, mengambil dengan sendok, dan malah memasukannya kepada ketel teh. Aku tidak memasukkan daun teh kepada mangkok makan kucing. Hal itu merupakan perilaku asymmetrical spoonerism”). Maka dari itu, human error (kesalahan manusia) jadi bidang penelitiannya. Ketertarikannya dengan human error diperdalam lagi dengan adanya kegiatan dia dalam konsekuensi dari perkara kecelakaan nuklir Three Mile Island di tahun 1979 serta meningkatknya atensi tentang interaksi manusia dengan mesin pada safety critical systems (semacam pesawat terbang serta pembangkit nuklir).
Secara garis besar terdapat 3 tahap yang memicu lahirnya Teori Swiss Cheese. Tahap pertama adalah Metafora Residen Patogen, pada tahap ini membedakan antara error yang bertabiat aktif serta laten. Semacam kanker ataupun penyakit jantung, kecelakaan industrial merupakan hasil dari campuran beberapa aspek, dimana tiap aspek mempengaruhii aspek teknis, manusia serta organisasi (technical, human and organizational) dalam suatu sistem industri. James Reason berkomentar kalau tingkatan keselamatan dari suatu organisasi bisa dievaluasi lewat indikator-indikator tertentu, hal ini beranalogi dengan penaksiran medis, yang berasal dari bermacam parameter terbatas semacam denyut jantung serta tekanan darah. Metafora ini membentuk sebagian hipotesis antara lain adalah satu, semakin banyak patogen berada dalam suatu sistem, semakin mungkin sebuah kecelakaan bisa terjadi. Dua, semakin kompleks sistem, semakin banyak sistem itu bisa mengandung patogen. Tiga, sistem yang simpel dengan pertahanan yang lebih buruk, lebih rentan terhadap patogen daripada suatu sistem yang kompleks dengan pertahanan yang baik. Empat, semakin tinggi tingkat hierarkis dari seorang individu, semakin mungkin ia untuk menghasilkan patogen. Lima, patogen yang muncul dalam suatu sistem bisa dideteksikan apriori (sebelum kejadian), tidak seperti active errors yang susah untuk diprediksi serta seringnya berbentuk posteriori (sehabis peristiwa). Kesimpulan dari James Reason ialah lebih menarik untuk berfokus pada usaha manajemen keselamatan kerja pada deteksi serta eleminasi patogen daripada active error. Ia membagikan catatan kalau analisa kecelakaan cenderung untuk menguak keadaan laten, semakin dalam investigasi maka semakin fokus pada aspek laten.
Tahap kedua, Konsep John Wreathall’s Defence in Depth, kerja Reason pada metafora residen patogen diinspirasi oleh karya John Wreathall. Dia ialah insinyur nuklir, keduanya berjumpa pada tahun 1981 di suatu konferensi tentang human error and safety. Pada tahun 1987, kerja sama mereka membuahkan Organizational Accident Model (model kecelakaan organisasional) yang pertama pada sebuah serbet kertas di suatu pub “ Here is how I recollect the birth. John was staying with us, and I was wrestling with‘ Human Error’. I was driven by the thought that in order to understand what went wrong, we should be able to say what ought to go right. That was when John started to draw overlapping planes, and I put in the holes”. Dalam Bahasa Indonesia “(Beginilah bagaimana aku mengumpulkan kembali kelahiran itu. John sedang Bersama kami dan aku sedang bergulat dengan “human error”. Aku didorong oleh pemikiran bahwa untuk memahami apa yang menjadi salah, kita harus dapat menentukan apa yang seharusnya menjadi benar. Itulah di saat John menggambar bidang yang tumpang tindih dan aku menempatkan lubang-lubangnya)”. Si insinyur membagikan si psikologis suatu normatif model buat organisasi produktif manapun. Terdapat 5 elemen muncul dalam model tersebut yakni Pengambil keputusan politis (desainer dan manajer senior), rantai manajerial yang dipecah jadi sebagian departemen (maintenance, training, operasional, dan lain-lain), pra-kondisi (operator yang dilatih dan belum dilatih, teknologi serta perlengkapan, rencana masa depan, maintenance), kegiatan produktif (sinkronisasi dari operator serta mesin), serta pertahanan (teknis, manusia serta organisasi). Dari dasar ini, Reason berupaya untuk memaparkan di mana (taksonomi dari error) serta bagaimana (metafora patogen residen) kegagalan timbul serta terkombinasi dalam suatu sistem sehingga menciptakan kecelakaan. Tahapan ini ialah tahapan yang menarik dari kelahiran swiss cheese model di mana model tersebut mempunyai konsep “defence in depth” (pertahanan secara mendalam) yang ditemui pada budaya nuklir dari Wreathall. Model tersebut membuat bidang-bidang yang berlapis sehingga membagikan kesan kedalaman yang memanglah suatu kenyataan fisik dari desain piranti lunak serta keras buat menghindari skenario yang katastropik.
Tahap ketiga, Metafor Keju Swiss dari Rob Lee pada tahun 2000, artikel dari Reason, Human Error, models and management diterbitkan pada British Medical Journal. Postingan ini ialah serial awal yang dikhususkan buat keselamatan medis. Reason menyadari kalau ia menghadapi publik yang kurang sering di dengar terhadap aspek manusia dibanding dengan industri aviasi ataupun nuklir sehingga dia mempublikasikan model yang simpel dari organizational accident model. Model tersebut menampilkan penghalang dalam suatu sistem selaku potongan dari keju serta kelemahannya selaku suatu lubang keju. Inspirasi ini diajukan oleh Rob Lee pada awal masa 1990an serta tergali sebagian pada tahun 1995 lewat buku bersama tentang pemeliharaan pesawat. Pada masa inilah, swiss cheese model lahir.
James Reason dalam bukunya Human Error tahun 1990 memaparkan suatu diagram yang berisi human elements of accident causation. Diagram ini diduga sebagai cikal bakal dari Swiss Cheese Theory Modern. Reason lewat diagramnya memaparkan 5 susunan elemen manusia yang bisa membawa pada kecelakaan. Susunan satu, Fallible decision, susunan ini ialah susunan sangat awal yang menimbulkan kecelakaan serta susunan ini berasal dari keputusan yang dapat salah (fallible decision) yang dicoba oleh pembuat (designer) ataupun pengambil keputusan tingkatan besar. Susunan ini tidak bermaksud buat menyalahkan siapapun tetapi membuktikan kenyataan kalau keputusan yang bisa salah ialah hal yang tidak dapat dihindari dalam desain serta manajemen proses. Pertanyaannya yang diperuntukan merupakan bukan buat menghindari kesalahan tersebut untuk tidak terjalin tetapi bagaimana membenarkan konsekuensi yang kurang baik bisa dideteksi dengan kilat serta diperbaiki segera. Susunan ini masuk dalam kegagalan laten (latent failures). Susunan 2, Line Management Deficiencies (defisiensi manajemen line). Konsekuensi dari fallible decisions bermanifestasi berbeda-beda pada bermacam manajemen line departemen yang ada. Kompetensi kurang baik dari manajemen line dapat membuat keputusan yang bisa salah hendak jadi tambah salah. Kebalikannya, manajemen line yang berkompeten dapat mengetahui mungkin keputusan yang salah sehingga dapat menetralisir akibat kurang baik yang terdapat ataupun membuat suatu keputusan yang bagus hendak jadi lebih bagus. Susunan ini masuk dalam kegagalan laten (latent failures). Susunan 3, Preconditions For Unsafe Acts (prekondisi buat aksi tidak nyaman).
Prekondisi ataupun precursor psikologis adalah kondisi yang laten. Mereka membuat suatu keadaan yang sangat bermacam-macam buat bermacam aksi tidak nyaman yang ada. Pemicu yang pas dari sikap ini hendak menjadi fungsi yang sangat kompleks dari tugas yang dikerjakan, pengaruh dari area serta kedatangan dari bahaya. Tiap-tiap prekursor ini bisa berkontribusi kepada jumlah besar dari unsafe acts, bergantung pada keadaan yang menunjang. Susunan 4, Unsafe Acts (sikap tidak nyaman), sikap tidak nyaman didetetapkan oleh interaksi yang lingkungan dari pengaruh sistem intrinsic (3 susunan yang dipaparkan tadinya) dengan perihal yang timbul dari dunia luar. Oleh karenanya, sikap tidak nyaman cuma bisa didefinisikan dalam hubungannya dengan bahaya yang terdapat. Sebagai contoh, tidak terdapat yang salah bila tidak mengenakan helm keselamatan ataupun jaket keselamatan. kondisi itu diucap selaku sikap “ tidak nyaman” bila sikap itu terjalin di tempat yang beresiko semacam di mana terdapat mungkin benda jatuh dari ketinggian ataupun di jarak yang dekat dari air dalam. Suatu kondisi tidak nyaman tidak cuma kondisi error ataupun violation, kondisi tidak nyaman merupakan suatu error ataupun violation yang dicoba dengan adanya dari bahaya potensial semacam beban berat, tenaga ataupun tingkatan toksin yang tidak betul-betul dikendalikan ataupun bisa jadi bisa menimbulkan cidera. Unsafe acts ialah bagian dari active failures. Susunan 5, Defences: the limited window of accident opportunity (Pertahanan, jendela terbatas dari peluang musibah). Suatu pertahanan sistem bisa terbuat oleh banyak elemen. Tingkat yang sangat rendah dapat saja berbentuk perlengkapan pelindung diri yang melindungi pekerja dari barang berbalik. Di sisi lain, pertahanan bisa terbuat dengan konsep defences in depth semacam yang terdapat di pembangkit listrik tenaga nuklir.
Ada pula komponen–komponen dalam Swiss Cheese Model antara lain adalah satu, Defences, barriers and safeguards ialah pertahanan dari resiko yang mengambil kedudukan berarti paling utama dalam pendekatan sistem. Sistem berteknologi yang besar mempunyai banyak susunan pertahanan. Terdapat susunan pertahanan yang engineered semacam alarm, pembatas raga, pemadam mesin otomatis serta terdapat pula yang mengandalkan orang semacam dalam pembedahan, pilot, operator control room, walaupun telah engineered tetapi mereka masih mengenakan pengendalian prosedur serta administratif. Fungsi mereka adalah untuk membagikan proteksi kepada korban potensial serta asset dari bahaya yang ada. Dua, Holes ialah lubang-lubang, semacam dalam keju swiss, yang membuktikan terdapatnya kelemahan dalam sistem proteksi. Lubang-lubang yang ada dapat terbuka, tertutup, serta pindah tempat. Kedatangan lubang dalam suatu susunan tidak senantiasa menciptakan suatu yang kurang baik. Tiga, Active failures ialah sikap tidak nyaman yang dicoba oleh orang yang kontak langsung dengan penderita ataupun sistem. Selaku contoh di Chernobyl, di mana musibah nuklir terjalin, operator yang terdapat salah dalam prosedur pembangkit serta malah malah mematikan sistem keselamatan yang sukses sehingga perihal ini merangsang ledakan sangat besar di inti nuklir. Reason yakin kalau seluruh sikap tidak nyaman mempunyai sejarah serta naik lewat tingkat dari system. Empat, Latent conditions ialah “residen patogen” yang tidak terelakkan dalam suatu sistem. Mereka berasal dari keputusan yang terbuat oleh desainer, pakar bangunan, penulis prosedur serta manajemen top tingkat. Keadaan laten ini dapat mendatangkan 2 dampak kurang baik yaitu keadaan yang menuju ke error pada tempat kerja (selaku contoh ketatnya waktu, keletihan, staf yang kurang, perlengkapan yang tidak lumayan, pengalaman rendah) serta keadaan ini pula dapat membuat lubang jangka panjang ataupun kelemahan dalam suatu sistem (contohnya alarm serta indikator yang tidak dipercahaya, prosedur yang tidak dapat dikerjakan, defisiensi dalam desain serta konstruksi).
Kelebihan Swiss Cheese Model menurut Larouzee (2020) adalah satu, Swiss cheese model membuat konsep yang rumit menjadi bisa dipahami dengan gampang sehingga bisa berkontribusi secara signifikan buat mempromosikan paradigma musibah organisasional dalam banyak zona kegiatan. Dua, Visualisasi yang digunakan mengundang simplifikasi dari banyaknya kata-kata. Visualisasi dari Keju Swiss juga mengundang berbagai macam interpretasi yang dapat dilihat oleh beragam pemangku kepentingan. Tiga, Munculnya swiss cheese model ini tidak bisa dilepaskan dari latar belakang Reason sebagai pekerja di bidang industri dan desain awal yang diajukan merupakan hasil konsultasi bersama John Wreathall yang merupakan insinyur nuklir. Hal ini membuat Reason sangat memahami kebutuhan dari industri. Model ini menjadi topik yang kompleks untuk menjadi penghubung antara mikro dan makro. Adapun kekurangan dari swiss cheese model menjadi kritik terhadap teori tersebut. Kritik-kritik tersebut meliputi, satu, Hollnagel (2004) mengatakan SCM selaku complex linear yang masih memiliki sebagian kelemahan dibanding dengan model sistemik. Levesson (2011) melaporkan kalau SCM selaku lanjutan yang kadaluarsa dari model domino di akhir tahun 1930. Dua, Swiss Cheese Model dikira sangat general. Pengguna dari teori ini wajib membuat interpretasi sendiri serta menyesuaikan diri sendiri dengan resiko model tersebut mempunyai khasiat yang kecil di kehidupan nyata.
Semoga Bermanfaat.