Kompas.com pada 9 November 2016, menuliskan bahwa salah satu penyebab utama kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia adalah karena penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tidak sesuai standar. Selain itu penyebab lainnya adalah karena pengetahuan dan kesadaran pelaku industri untuk menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang masih rendah. Menurut Audist Subekti, Business Director Infrastructure, Construction, Energy and Government Market PT 3M Indonesia, menggunakan alat dengan standar internasional saja tidak cukup karena lolos uji standar internasional belum bisa memastikan pekerja akan selamat, diperlukan juga training atau pelatihan kepada pekerja tersebut terkait keselamatan dan kesehatan kerja. 

Worker health and safety. illustration of accessories for protection Free Vector

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pendukung yang dipakai oleh pekerja, bertujuan untuk meminimalkan paparan terhadap bahaya di tempat kerja. Penggunakan APD hanya salah satu unsur dalam program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dapat diterapkan diantara berbagai strategi untuk memelihara lingkungan kerja yang aman dan sehat. Alat pelindung diri tidak mengurangi bahaya itu sendiri dan juga tidak menjamin perlindungan secara total. Bahaya ada di setiap tempat kerja sehingga strategi untuk melindungi pekerja sangat penting. Prioritas yang harus diutamakan untuk pengendalian bahaya pada sumbernya. Banyak sekali metode yang dapat dipergunakan, disesuaikan dengan situasi ditempat kerja masing-masing. Pengendalian bahaya pada sumbernya harus menjadi pilihan pertama karena metode ini akan menghilangkan bahaya sama sekali dari tempat kerja atau mengisolasi bahaya dari pekerja. Pendekatan ini mungkin memerlukan penggantian bahan dengan yang nonhazardous, isolasi bahaya, penambahan fitur keamanan untuk peralatan yang ada, desain ulang proses kerja, atau pembelian peralatan baru. Ketika bahaya tidak dapat dihilangkan atau dikontrol secara memadai, maka Alat Pelindung Diri (APD) dapat digunakan pada saat melakukan pekerjaan diarea berbahaya tersebut. APD harus dianggap sebagai tingkat terakhir dari perlindungan ketika semua metode lainnya tidak tersedia atau tidak memungkinkan. Sebelum keputusan dibuat untuk memulai atau memperluas program APD, penting untuk dipahami prinsip-prinsip yang mendasari strategi perlindungan. Ada tiga elemen yang harus diperhatikan, seperti perlindungan pekerja, kepatuhan terhadap hukum atau peraturan dan standar internal perusahaan dan kelayakan teknis. 

 

Dalam prakteknya hanya beberapa strategi yang tersedia, seperti teknik control, substitusi bahan baku, perubahan proses, revisi praktek kerja, perubahan peralatan dan administrasi control serta penggunaan peralatan pelindung diri. Sebuah strategi komprehensif yang baik adalah yang mempertimbangkan bahaya, mengevaluasi semua metode pengendalian yang memungkinkan, mengintegrasikan berbagai pendekatan dan selalu lakukan tinjauan kembali pada strategi tersebut sesering mungkin untuk memastikan operasi kerja yang aman. Waktu yang tepat untuk menggunakan APD adalah ketika bahaya sudah diidentifikasi, hal ini berguna untuk mempertimbangkan prinsip umum pengendalian yang dapat dibagi dalam dua kategori dasar, yaitu point-of-kontak dan pra-kontak. Pengendalian Pra-kontak merupakan metode pertama dan paling penting karena mencegah bahaya mencapai pekerja. Metode pengendalian Pra-kontak meliputi pengantian bahan atau proses yang kurang berbahaya, mengisolasi proses berbahaya, perbaikan peralatan yang ada, atau memperoleh peralatan yang lebih aman. Pengendalian Pra-kontak juga dapat dicapai dengan memberikan perlindungan kepada pekerja dengan ventilasi pembuangan lokal, merawat mesin, lingkungan kerja yang lebih baik, dan praktek kerja yang aman. Sementara ada bahaya yang dapat diantisipasi dan dihindari secara efektif melalui pengendalian rekayasa pada tahap pra-kontak, namun masih ada bahaya lain yang tidak dapat diketahui sebelum terjadi kecelakaan. Sebuah upaya menyeluruh untuk mengidentifikasi bahaya sangat penting sehingga bahaya dapat dikurangi atau dihilangkan pada sumbernya. Apabila pengendalian pra-kontak tidak praktis, tidak layak, atau tidak efektif maka pengendalian point-of-kontak harus digunakan. Pengendalian point-of-kontak adalah penting akan tetapi bersifat sekunder karena tidak dapat menghilangkan bahaya tersebut. Pengendalian ini hanya mengelola bahaya pada titik kontak dengan pekerja. Bentuk pengendalian terutama dilakukan melalui APD. APD digunakan saat pengendalian pra-kontak tidak sepenuhnya efektif. 

 

Alat pelindung diri digunakan untuk mengurangi atau meminimalkan paparan atau kontak terhadap agen fisik, kimia, ergonomis, atau biologis yang merugikan. Bahaya tidak dapat dihilangkan dengan APD, tetapi risiko cedera dapat dikurangi. APD baik dipergunaka hanya apabila sebagai langkah jangka pendek sebelum sistem kontrol diimplementasikan dan disaat teknologi pengendalian pra-kontak tidak tersedia atau tidak memadai. Sebuah program APD harus komprehensif. Hal ini membutuhkan partisipasi aktif dan komitmen mulai dari tahap perencanaan, pengembangan, dan implementasi dari semua tingkat manajemen senior, pengawas dan pekerja. Sebuah program APD yang baik terdiri dari unsur-unsur penting sebagai berikut, seperti sudah dilakukan survei terkait bahaya di tempat kerja, pemilihan pengendalian yang tepat, pelatihan, terdapat dukungan dari manajemen dan terlaksananya pemeliharaan peralatan serta berjalannya audit program. 

 

Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus menjadi prinsip dan aturan umum yang berfungsi sebagai panduan untuk bertindak. Manajemen harus berkomitmen untuk memastikan bahwa kebijakan dan prosedur K3 dilaksanakan. Program APD harus memiliki kepentingan yang sama dengan semua kebijakan organisasi lainnya. Penunjukan koordinator program sangat penting untuk memastikan keberhasilan program. Koordinator memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap elemen dari sebuah program sudah dibuat dan dilaksanakan. Pada tahap awal, sebuah program harus direncanakan dengan hati-hati, dikembangkan dan dilaksanakan sepenuhnya dengan metode yang tepat dan sistematis. Program ini harus diperkenalkan secara bertahap. Tujuannya dan waktu yang direncanakan bagi pekerja untuk terbiasa memakai APD harus dikomunikasikan secara jelas. Dampak manfaat dari program ini harus dipublikasikan secara luas. Waktu bagi pekerja untuk memenuhi program ini dengan tidak ada tindakan atau sanksi yang dilakukan harus ditetapkan untuk membiasakan dan merubah perilaku pekerja dalam menggunakan APD. Setelah program ini dijalankan melalui konsultasi yang memadai dengan pekerja dan perwakilan mereka, diharapkan penggunaan APD dapat menjadi kondisi yang diperlukan oleh pekerja atau mereka akan menggunakan APD secara bertanggung jawab. Penerapan program APD secara bertahap tidak boleh dilakukan ketika ada kebutuhan untuk masuk ke atmosfer berbahaya, atau di mana kegagalan untuk menggunakan peralatan menimbulkan risiko signifikan atau cedera yang fatal. Semakin besar keterlibatan pekerja dalam semua tahapan program, semakin mulus program ini dalam penerapannya. Pengguna harus diberi tahu mengapa APD perlu digunakan dan pekerja juga harus diberi pelatihan bagaimana menggunakan APD secara benar. Metode pelaksanaan mempengaruhi penerimaan dan efektivitas keseluruhan program. Selain itu kesesuain APD dengan pekerja juga sangat berpengaruh terhadap penggunaan APD oleh pekerja. Efektifitas penggunaan akan menurun jika APD tidak nyaman , tidak fit atau tidak menarik, hal ini dapat mengakibatkan pekerja akan cendrung melepas APD meskipun hanya untuk sementara waktu, tapi hal tersebut akan sangat membahayakan bagi pekerja. 

 

Langkah pertama dalam pengembangan program APD adalah dengan mengidentifikasi bahaya di tempat kerja. Beberapa jenis bahaya mungkin sudah jelas terlihat atau diketahui, namun inspeksi di lokasi masih harus dilakukan. Praktek kerja, prosedur kerja, peralatan, tata letak tempat kerja, dan faktor individu mungkin memainkan peran penentu dalam jenis kontrol yang akan direkomendasikan untuk pekerjaan tertentu. Menyadari potensi bahaya harus mencakup pembuatan atau proses lainnya, maka tinjauan harus dilakukan untuk memeriksa bahaya fisik dan kimia yang dihadapi secara rutin atau berkala, memeriksa semua kegiatan pekerjaan yang berbeda dari area kerja, dan mempelajari langkah-langkah pengendalian yang ada. Setiap upaya harus dilakukan untuk mengendalikan semua bahaya, jika memungkinkan pada sumbernya. Perhatian khusus harus diberikan pada persyaratan pekerjaan yang mungkin memiliki konsekuensi penting bagi APD yang dipilih, karena beberapa jenis bahaya memerlukan beberapa solusi APD. Evaluasi tempat kerja sebaiknya melibatkan komite K3 dan komite keamanan sebagai bagian integral dari tim survei. Setelah kebutuhan APD diketahui, tugas selanjutnya adalah memilih jenis yang tepat. Dua kriteria yang perlu ditentukan adalah tingkat proteksi yang diperlukan kesesuaian peralatan dengan situasi (termasuk kepraktisan dari peralatan yang digunakan dan disimpan dalam tempat yang baik). Tingkat perlindungan dan desain APD harus diintegrasikan karena keduanya mempengaruhi efisiensi secara keseluruhan, daya tahan pakai, dan penerimaan.

 

Tidak ada jalan pintas untuk pemilihan APD. Pilih APD yang tepat untuk setiap jenis bahaya. Pada beberapa pekerjaan, tugas yang sama dilakukan sepanjang siklus pekerjaan, sehingga mudah untuk memilih APD yang tepat. Namun dalam kasus lain, pekerja mungkin saja terpapar dua atau lebih bahaya yang berbeda, maka APD yang dipilih juga harus disesuaikan. Dalam membuat keputusan APD mana yang akan dipergunakan, perlu memperhatihkan beberapa hal, seperti berdasarkan data hasil evaluasi bahaya menyeluruh, penerimaan pekerja, dan jenis APD yang tersedia. Begitu telah menentukan kebutuhan APD, maka diskusikan kebutuhan dengan pihak pemasok APD yang terpercaya dan memiliki reputasi baik serta kemudian meminta rekomendasi mereka. Selalu minta alternatif dan memeriksa setiap klaim produk serta data uji dari produk yang ditawarkan. Cobalah APD yang ditawarkan dan mengujinya untuk melihat bahwa produk memenuhi semua kriteria yang harapkan sebelum disetujui. Dalam hal ini sangat penting untuk melibat pekerja dalam pemilihan model APD tertentu, berikanlah contoh serta model APD yang akan dibeli untuk dicoba oleh pekerja, minta pendapat dari mereka dan evaluasi bersama-sama untuk setiap model yang ditawarkan. Dengan cara ini, maka memungkinkan bagi pekerja untuk memilih yang cocok dan nyaman buat mereka pergunakan. 

 

Apabila perangkat APD teralalu berat atau kurang sesuai, maka tidak mungkin APD tersebut akan digunakan. Perhatikan juga bahwa jika perangkat APD tidak menarik atau tidak nyaman, atau tidak ada kesempatan bagi pekerja untuk memilih di antara model yang ada, maka kepatuhan akan penggunaan APD akan sangat rendah. Gunakan setiap kesempatan untuk memberikan fleksibilitas dalam pemilihan APD selama itu memenuhi undang-undang dan standar yang ditetapkan. Biaya dalam hal pengadaan APD sering menjadi perhatian. Maka dari itu penerapan teknik kontrol rekayasa menjadi solusi yang efektif dan bahkan lebih hemat biaya dalam jangka panjang. Teknik kontrol rekayasa dapat menjadi pertimbangan sebelum APD diberikan atau dipergunakan. Persyaratan kinerja dari semua standar harus ditinjau untuk memastikan bahwa paparan akan diminimalkan atau dihilangkan dengan menggunakan APD. Jika APD terpajan pada bahaya lebih besar dari spesifikasi yang ditentukan, maka tidak akan memberikan perlindungan yang memadai. Ketika pilihan sudah dibuat, lakukanlah uji fit bagi setiap pekerja secara individu. Pada saat uji fit, sekaligus ditunjukan cara memakai dan memelihara APD dengan benar. Program fit testing individu harus dilakukan oleh teknisi ahli. Tanpa perawatan yang tepat, efektivitas APD tidak dapat dijamin. Pemeliharaan harus mencakup pemeriksaan, perawatan, pembersihan, perbaikan, dan penyimpanan yang benar. Mungkin bagian yang paling penting dari perawatan adalah kebutuhan untuk melakukan pemeriksaan APD. Jika pemeriksaan APD dilakukan secara hati-hati, maka jika ada kerusakan akan dapat diidentifikasi sebelum digunakan. Prosedur harus dibuat untuk memungkinkan pekerja mendapatkan pengganti untuk APD yang rusak dan tetap terawat serta bersih. Mengenakan APD yang rusak bisa lebih berbahaya dari pada tidak mengenakan bentuk perlindungan sama sekali. Para pekerja memperoleh rasa aman palsu dan berpikir bahwa mereka dilindungi ketika bekerja dengan bahaya, dalam kenyataannya mereka tidak terlindungi. 

 

Tidak ada program yang bisa lengkap tanpa pelatihan untuk memastikan penggunaan yang optimal dari APD. Pelatihan harus mencakup bagaimana menentukan dan memakai APD, bagaimana mendapatkan perlindungan yang maksimal, dan cara merawat APD. Pelatihan dapat dilakukan secara individual atau dalam pertemuan kelompok. Program pelatihan harus menekankan tujuan utama dari program dan memperkuat fakta bahwa kendali teknik telah dilakukan sebagai strategi pencegahan primer. Tidak cukup hanya dengan memberitahu seseorang untuk memakai respirator hanya karena manajemen atau undang-undang mengharuskan menggunakan APD. Jika respirator dimaksudkan untuk mencegah gangguan paru-paru, para pekerja harus diberitahu bahaya yang dapat merusak paru-paru mereka ditempat kerja. Pelatihan harus diberikan bagi semua pekerja termasuk manajer dan supervisor, baik mereka yang terpapar secara terus menerus atau yang terpapar sekali-sekali. Setelah program berjalan maka diperlukan keterlibatan dari manajemen personalia, keamanan dan medis, personil pengawas, komite kesehatan dan keselamatan, individu pekerja, dan bahkan pemasok APD yang dipilih. Program pendidikan harus dilakukan secara teratur dan terus menerus. Alasan paling umum dari kegagalan program APD adalah ketidakmampuan untuk mengatasi keberatan dari pekerja untuk memakai APD. Setiap masalah harus ditangani secara individual.

 

Seperti halnya program atau prosedur yang dijalankan dalam suatu organisasi, efektivitas program APD harus dipantau dengan inspeksi peralatan dan audit prosedur. Audit tahunan sangat disarankan untuk daerah kritis dan sebaiknya ditinjau lebih sering. Ini akan sangat berguna untuk membandingkan kinerja keselamatan kepada mereka sebelum program dimulai. Perbandingan ini akan membantu menentukan keberhasilan atau kegagalan program. Tanpa pemantauan rinci, rekomendasi mengenai perubahan pada sebuah program tidak  bisa didukung. Untuk mencapai tujuan keseluruhan dari tempat kerja yang aman harus didukung oleh strategi promosi. Strategi promosi berfokus pada komitmen dan rasa tanggung jawab manajemen serta pekerja terhadap program APD, alasan yang mendasari dikembangkan program APD dan bagaimana program APD akan bekerja. 

 

Keberhasilan program APD tergantung dari kerjasama dan dukungan dari semua pekerja serta manajemen yang terkait. Hal ini dapat dicapai dengan membantu pekerja memahami kebutuhan untuk memakai APD dan mendorong mereka untuk ingin memakainya bukan untuk menuntut mereka melakukannya. Keberhasilan program dapat dicapai apabila sistem kontrol pada sumber dan sepanjang proses telah diterapkan secara komprehensif dan efektif. Program promosi dapat dilakukan  melalui kegiatan seminar, diskusi, safety day dan edukasi lainnya. Penggunaan poster juga dapat membantu dalam mempromosikan program, namun tidak harus digunakan sebagai satu-satunya alat promosi. Proses pendidikan pengunaan APD harus didukung oleh kebijakan perusahaan yang jelas dan tegas serta memberikan tanggung jawab untuk penggunaan APD kepada pekerja. 

 

Semoga Bermanfaat.