Pada hari rabu (14/8/2019) sekitar pukul 10.45 WITA, terdengar ledakan di laboratorium milik PT Obsidian Stainless Steel (PT OSS) di Desa Tani Indah, Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara yang mengakibatkan19 pekerja yang didominasi perempuan harus dilarikan ke Rumah Sakit Bahteramas Kendari karena mengalami keracunan. Kejadian itu bermula sekitar pukul 08.00 WITA, di saat beberapa karyawan lokal tengah melakukan kegiatan pekerjaan pembenahan ruangan di dalam laboratorium dan di waktu yang bersamaan, beberapa tenaga kerja asing (TKA) sedang melakukan pekerjaan konstruksi pengelasan anak tangga menuju lantai dua. Namun, sekitar pukul 10.45 WITA, tiba-tiba muncul kepulan asap dari ruangan laboratorium tempat penyimpanan bahan kimia yang terletak di lantai dasar yang berhubungan langsung dengan tempat pengelasan anak tangga dan kemudian terdengar ledakan keras dari ruangan laboratorium tersebut. Sehingga para karyawan yang mayoritas adalah perempuan berlarian keluar gedung untuk menyelamatkan diri, ungkap Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Masyarakat (Humas) Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) AKBP Harry Goldenhardt ketika dikonfirmasi oleh Kompas.com, Kamis (15/8/2019). 

Science lab drawing theme Free Vector

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja, namun juga dapat merusak lingkungan yang pada akhirnya juga akan berdampak pada masyarakat luas. Kesehatan kerja sangat mempengaruhi produktivitas pekerja dalam bekerja di lingkungan tempat kerja. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Sedangkan pekerjaan dikatakan nyaman, jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa nyaman dan aman, sehingga tidak akan menyebabkan kecelakaan kerja. 

 

Laboratorium merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitian ilmiah yang berguna untuk meningkatkan ketrampilan pemakaian dan pemanfaatan alat-alat laboratorium. Laboratorium adalah salah satu tempat dengan segala kelengkapan peralatannya yang berpotensi menimbulkan bahaya kepada penggunanya. Bekerja di laboratorium tidak akan lepas dari kemungkinan bahaya dari berbagai jenis bahan kimia dan peralatan yang ada di dalamnya. Karena itu, diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap bahaya di laboratorium. Semua kejadian kecelakaan di laboratorium sebenarnya dapat dihindari, jika pekerja selalu mengikuti prosedur kerja yang aman di laboratorium. Pada umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara membina dan mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya Keselamatan dan Keamanan Kerja di laboratorium. Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yang dimaksud termasuk orang yang ada disekitarnya. 

 

Penerapan K3 di Laboratorium adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja di Laboratorium tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi Praktikan, namun juga dapat mengganggu proses Praktikum secara menyeluruh. Beberapa kecelakaan kerja di Laboratorium yang pernah terjadi, seperti pada 8 Januari 1999 di Carnegie Melon, Pittsburgh, Pennsylvania, mahasiswa tingkat master terluka karena ledakan azobisisobutyronitril, beberapa anggota tim K3L juga terluka. Tangki nitrogen pecah di Universitas Texas A&M pada 12 Januari 2006. Masih di Texas, mahasiswa tingkat master juga mendapatkan luka parah karena sebuah ledakan dalam aktivitas penanganan campuran metal dengan energi tinggi yang tiba-tiba meledak di Texas Tech. Dan pada 29 Desember 2008, mahasiswa meninggal karena terperangkan dalam kebakaran kimia yang melibatkan tert-buthyllithium. Sedangkan pada 16 Maret 2016 terdapat sebuah ledakan di Laboratorium Universitas Hawaii, seorang asisten riset mendapatkan luka yang sangat serius, kehilangan lengannya. 

 

Contoh kecelakaan-kecelakan di laboratorium seperti dijelaskan sebelumnya di atas, sudah cukup untuk membuat para pengawas dan pengusaha sadar betapa pentingnya menjaga dan menjamin kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja di laboratorium. Dalam buku Lees Process Safety, setidaknya terdapat 4 (empat) cara dalam menjamin keselamatan dan kesehatan kerja laboratoriumm, seperti laboratorium harusnya memiliki sistem manajemen dengan organisasi yang sesuai dan orang yang berkompeten, prosedur, instruksi kerja serta dokumentasi yang baik. Semua informasi ini harus tergabung dalam manual keselamatan laboratorium (laboratory safety manuals). Di dalam sistem tersebut, seharusnya sudah menggambarkan secara jelas struktur organsisasi dengan rantai komandonya serta digambarkan juga pemisahan antara fungsi pelaksana dengan fungsi penasihat. Sistem keselamatan dalam laboratorium yang sangat penting meliputi pemeriksaan bahaya, sistem izin kerja, pelaporan kecelakaan dan audit keselamatan. 

 

Kode laboratorium dapat juga dijadikan referensi dalam membuat sistem manajemen keselamatan di laboratorium. Kode-kode dalam laboratorium memberikan metodologi sistematik untuk mengatur laboratorium. Contoh kode-kode tersebut adalah RIC Laboratoriues Code, NFPA 45, dan ICheme laboratories guide. Kompetensi dan kapabilitas personil yang bekerja di laboratorium berkisar dari yang sudah diberikan pelatihan dengan baik dan sangat berpengalaman sampai peneliti yang tidak berpengalaman. Penyamaan kompetensi ini dapat dilakukan dengan pelatihan. Pelatihan ini harus mencakup bahaya, peralatan, prosedur, dan sistem. Pelatihan juga harus mencakup motivasi dalam bekerja dengan aman. Pemeriksaan bahaya pada laboratorium telah diberikan panduannya dalam Kode RIC dan Panduan ICheme serta di banyak buku lain tentang keselamatan kerja laboratorum, seperti yang ada di Buku Hazards in the Chemical Laboratory yang ditulis oleh Bretherick tahun 1981, bahaya-bahaya yang terdapat pada laboratorium adalah seperti substansi reaktif, substansi mudah terbakar, substansi beracun, bahaya radiasi, bahaya listrik, bahaya mekanis, bahaya kondisi operasi dan bahaya pelepasan air. 

 

Di dalam buku Designing safety into the laboratory yang ditulis oleh Baum dan Diberardini (1987), desain laboratorium dan layout telah didiskusikan pada Panduan ICheme. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam desain laboratorium termasuk layout agar tetap selalu dalam kondisi aman adalah seperti penyimpanan bahan kimia beracun, ventilasi, fume hoods, dan fasilitas penunjang lainya.

 

Desain dan layout laboratorium harus dibuat dari analisa kebutuhan aktivitas laboratorium dengan bantuan diagram alur yang menunjukkan alur material dari meja eksperimen, bengkel, penyimpanan zat kimia, tempat analisa hingga fasilitas pengelolaan limbah. Layout juga harus dapat membedakan mana area dengan risiko rendah dan area dengan risiko tinggi. Desain laboratorium juga harus ditujukan untuk tetap menjaga konsentrasi lingkungan laboratorium di bawah batas aman pajanan. Untuk zat beracun, regulasi COSHH 1988, menyebutkan untuk monitoring atmosfir tempat kerja dan menjaga konsentrasi dari kontaminan dapat dilakukan melalui ventilasi dan fume hoods. Metode paling umum untuk mengendalikan konsentrasi dan kontaminan di tempat kerja adalah ventilasi. Exhaust dari ventilasi harus ditempatkan pada tempat yang aman (jauh dari tempat pengambilan udara) dan diperlukan juga pamasangan fume hoods yang merupakan alat untuk melaksanakan eksperimen dengan zat beracun dan tak beracun dengan ama. Pendukung atau penunjang laboratorium laninya termasuk bengkel, penyimpanan, tempat penerimaan barang, jasa analitik, dan fasilitas untuk staf juga perlu untuk diperhatihkan serta harus ditujukan dimana tempat penyimpanan zat kimia yang harus dipisah berdasarkan bahayanya. Pemisahan tersebut berlaku untuk solven, perbedaan kelas dari zat kimia, mudah meledak, tabung gas, dan material cryogenic

 

Laboratorium harus didesain dengan perlindungan kebakaran yang sesuai dengan bangunan dan kode perlindungan kebakaran dengan pertimbangan dari otoritas kebakaran. Beberapa kode NFPA yang dapat diterapkan untuk laboratorium adalah NFPA 10, NFPA 30, NFPA 45, NFPA 45, NFPA 101, NFPA 704, dan NFPA kode 45. Beberapa elemen dasar dari desain untuk perlindungan kebakaran meliputi ketahahan pintu, ketahanan internal layout, klasifikasi area berbahaya, ventilasi mekanis, dan sistem alarm kebakaran. Laboratorium juga dapat dilengkapi dengan rambu-rambu bahaya untuk memberikan komunikasi kepada pekerja terkait risiko dan alat pelindung diri yang harus dipakai. Selain itu, rambu darurat juga dapat dipasang agar pekerja mengerti apa yang harus dilakukan apabila terjadi kejadian gawat darurat. 

 

Banyak faktor yang mempengaruhi operasional laboratorium, seperti informasi kimia, desain eksperimen, penilaian bahaya, penilaian terhadap pengendalian substansi yang berbahaya terhadap kesehatan (regulasi COSHH 1988), prosedur operasional, prosedur darurat, pemeliharaan peralatan, sistem izin kerja, housekeeping, pekerjaan setelah jam kerja, operasional yang tidak diawasi, serta akses ke dalam laboratorium. Semua faktor-faktor ini harus dipertimbangkan dengan baik dan cukup untuk menjamin lingkungan kerja yang aman. Laboratorium secara umum memiliki peralatan yang beranekaragam yang masing-masing peralatan tersebut harus digunakan dalam kondisi yang sesuai dengan spesifikasi. Contoh peralatan yang membutuhkan perhatian lebih ketika dipakai adalah peralatan dengan kaca, piringan pemanas, oven dan tungku serta pemutar (centrifuges). Laboratorium juga menggunakan berbagai macam material seperti air, uap, udara bertekanan, gas bahan bakar dan tenaga listrik. Selain itu, terdapat pendingin, vakum, oksigen dan pipa gas yang lain. Pemakaian harus dilakukan dengan memastikan penggunaan yang sesuai untuk mencegah bahaya yang dihubungkan dengan penggunaan alat itu.

 

Pemakaian material dalam laboratorum dengan disusun dalam Panduan Icheme pada buku Hazards in the Chemical Laboratory oleh Bretherick tahun 1981. Penyimpanan utama dari zat kimia yang berbahaya harus dijaga dalam lokasi spesifik. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan adalah segregasi dari material yang tidak kompatibel; jenis tempat penyimpanan yang tepat; poin penerimaan; penerimaan, pengambil stok dan pembuangan stok; pengurangan dari inventori; identifikasi, kepemilikian, informasi keselamatan dan kesehatan serta pelabelan. Perencanaan kejadian gawat darurat harus memperhatikan penyebab kejadian gawat darurat dan jenis-jenis kejadian gawat darurat dan pengendalian yang diperlukan. Perencanaan kejadian gawat darurat harus mencakup semua bagian dari laboratorium termasuk penyimpanan dan servis. Referensi detail untuk kejadian gawat darurat ada pada Panduan ICheme.

 

Dari uraian penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sumber terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium diantanya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang prosedur kerja, jenis-jenis bahan kimia dan tidak tersedianya perlengkapan keamanan serta alat perlindungan diri yang sesuai di dalam laboratorium. Perlunya pengetahuan tentang K3 di laboratorium bertujuan agar supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada saat bekerja seperti kecelakaan kerja. Pekerjaan di laboratorium memiliki resiko bahaya yang cukup tinggi, resiko bahaya tersebut dapat datang dari dalam ataupun luar area laboratarium. Maka dari itu, pekerja di labaoratorium harus selalu lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja serta selalu dianjurkan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan jenis pekerjaanya agar tetap aman dan selamat dalam bekerja. Penggunakan APD ini bertujuan agar pekerja terhindari risiko karena tumpahan atau percikan dari bahan kimia tersebut. 

 

Semoga Bermanfaat.