Kebakaran merupakan permasalahan yang sering dihadapi baik di negara Indonesia maupun belahan dunia lainnya. Perkembangan modernisasi dalam kehidupan saat ini di masyarakat urban perkotaan meningkatkan risiko terjadinya kebakaran dan dampak perubahan global juga mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi lebih rentan terhadap permasalahan kebakaran. Perkembangan industrialisasi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kebakaran khususnya kebakaran pada industri dan sektor lainnya. Statistik kebakaran di dunia menurut data dari The International Association for the Study of Insurance Economics atau yang dikenal juga dengan The Geneva Association menunjukkan bahwa kerugian akibat kebakaran di banyak negara maju di dunia berkisar 0,05-0,22% dari Gross Domestic Product (World Fire Statistics, 2011). Korban jiwa akibat kebakaran di berbagai negara di dunia dapat dinyatakan dalam satuan korban jiwa per 100.000 populasi. Indeks terendah adalah 0,04 di Singapura dan tertinggi adalah 6,59 di Belarusia (World Fire Statistics, 2019). 

Oil Refinery in Indonesia Catches Fire, Prompting an Evacuation - The New  York Times

National Fire Protection Association (NFPA) melaporkan bahwa di Amerika Serikat setiap 23 detik terjadi kebakaran pada semua negara bagian. Kejadian kebakaran di rumah terjadi setiap 85 detik sementara kejadian kebakaran di luar gedung terjadi setiap 46 detik dan setiap 30 menit terjadi korban luka akibat kebakaran. Pencatatan data statistik kebakaran di Amerika Serikat telah dilakukan sejak tahun 1977 dan menunjukkan telah terjadi penurunan kejadian kebakaran yang cukup signifikan, yaitu 42% hingga tahun 2011. Kerugian materi telah disesuaikan dengan nilai dolar AS tahun 2011 sehingga dari tahun 1977 hingga 2011 telah terjadi peningkatan kejadian kebakaran sekitar 150% atau 1,5 kali. Kebakaran di Amerika Serikat pada bangunan kebanyakan disebabkan peralatan memasak 42%, pemanas 17%, kebakaran yang disengaja 8%, listrik 6%, rokok 5%, pengering atau mesin cuci 5%, lilin 3% dan bermain dengan sumber api 2% (NFPA, Fire Loss in the United States, 2011). Sedangkan statistik kebakaran di indonesia, seperti kebakaran yang terjadi di DKI Jakarta rata-rata hampir 2-3 kali per hari. Pada tahun 2012 sejumlah 1.039 frekuensi kebakaran terjadi sehingga diperkirakan rata-rata 2,8 kali per hari. Penyebab kebakaran di DKI Jakarta tertinggi adalah listrik, kompor, dan rokok, serta penyebab lainnya, seperti anak main petasan, pembakaran sampah, dan obat nyamuk. 

 

Untuk mengurangi kejadian kebakaran dan dampak yang ditimbulkan akibat dari kebakaran, maka diperlukan kajian risiko terkait kebakaran yang bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya dan risiko kebakaran serta menentukan tindakan pengendalian yang mencakup pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Prinsip dalam kajian risiko kebakaran hampir sama dengan kajian risiko di tempat kerja maupun kajian risiko pekerjaan (task risk assessment) yang diawali dengan identifikasi bahaya, risiko dan mitigasi serta pengendalian risiko. Kajian risiko kebakaran sebaiknya dilakukan pada saat tahapan desain agar perbaikan terhadap tindakan pengendalian dan pencegahan serta penanggulangan kebakaran dapat dilakukan. Kajian risiko kebakaran dapat digunakan sebagai suatu alat bantu dalam pengambilan keputusan akan masalah terkait kejadian kebakaran.  

 

Menurut Furness dan Muckett (2007), definisi dari kajian risiko kebakaran merupakan proses identifikasi bahaya kebakaran dan evaluasi tingkat risiko termasuk dampak kebakaran dengan mempertimbangkan pengendalian risiko kebakaran yang telah ada. Identifikasi bahaya itu sendiri adalah proses dalam mengenali adanya bahaya dan menjelaskan karakteristiknya. Sedangkan definisi dari bahaya merupakan sumber atau situasi yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau gangguan dalam hal cedera maupun sakit pada manusia atau kombinasi dari keduanya (OHSAS 18001, 2007). Bahaya kebakaran dibagi menjadi 2, pertama bahaya kebakaran primer yang merupakan sesuatu yang berpotensi dapat menyebabkan kerusakan dengan terjadinya inisiasi api atau memperbesar terjadinya kebakaran. Kedua bahaya kebakaran sekunder adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada kejadian kebakaran dengan menghambat respons yang cukup. Risiko kebakaran merupakan kombinasi dari kemungkinan (probabilitas) terjadinya kebakaran serta keparahan dari dampak kebakaran tersebut. Pengendalian risiko kebakaran yang dapat dilakukan adalah dengan tindakan pencegahan, penanggulangan dan proteksi kebakaran antara lain prosedur pencegahan, penanggulangan dan proteksi kebakaran (Furness dan Muckett, 2007). 

 

Kajian risiko kebakaran adalah bagian integral dari suatu sistem manajemen risiko di perusahaan secara keseluruhan sehingga harus terintegrasi dengan kajian risiko lainnya. Kajian risiko kebakaran merupakan kajian risiko terhadap bahaya kebakaran dan merupakan upaya untuk mengetahui kebutuhan serta kelayakaan suatu perlindungan terhadap kebakaran dengan standar yang sudah ditentukan sebagai tolok ukurnya. Beberapa prinsip-prinsip pokok mengenai kajian risiko kebakaran seperti kajian risiko kebakaran dilakukan di awal pengerjaan suatu proses desain, identifikasi bahaya dilakukan secara menyeluruh, kajian risiko kebakaran yang telah ada harus dikaji ulang untuk mendapatkan informasi yang terbaru dan kajian risiko kebakaran digunakan dalam identifikasi upaya pencegahan, pengendalian, dan mitigasi. Selain itu, kajian risiko kebakaran dapat digunakan sebagai alat bantu dalam peninjauan ulang fasilitas yang ada khususnya dalam kondisi jika akan ada perubahan pada fasilitas yang ada sebagai upaya evaluasi retrospektif atas kejadian yang telah terjadi khususnya ketika banyak perubahan yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan dan ketika ada perubahan proses kerja atau perubahan material yang digunakan. Dokumentasi dalam kajian risiko kebakaran juga sangat diperlukan untuk diperoleh gambaran utuh serta menyeluruh mengenai kemungkinan bahaya kebakaran dan mengenai gambaran peran dalam sistem keselamatan yang ada untuk mitigasi serta mengendalikan bahaya. Pelaksanaan kajian risiko kebakaran yang terus-menerus atas suatu fasilitas harus dijaga untuk memastikan adanya manajemen bahaya kebakaran yang berkelanjutan. 

 

Manfaat dari penerapan kajian risiko kebakaran adalah sebagai alat bantu pengambilan keputusan yang disesuiakan dengan jenis perusahaan ataupun dalam pengerjaan proyek-proyek. Karena tidak semua kegiatan di perusahaan atau dalam pengerjaan proyek harus menerapkan kajian risiko kebakaran secara formal. Kajian risiko kebakaran diperlukan dalam kondisi pengerjaan proyek yang sangat besar, pada saat bahaya kebakaran yang ada kurang dipahami, ketika sulit mengambil keputusan terhadap upaya perlindungan kebakaran yang paling sesuai mengingat dampak yang dapat ditimbulkan akibat kebakaran sangat luas dan ketika biaya perlindungan kebakaran secara relatif signifikan terhadap biaya kajian risiko kebakaran. 

 

Dasar-dasar dari penilaian risiko dapat dilakukan dengan pendekatan metodologi penilaian risiko yang dilakukan secara efisien dan dapat memberikan detail yang mencukupi untuk menentukan tingkat risiko serta pengendalian risiko. Aspek keselamatan terhadap kebakaran dan ledakan merupakan salah satu aspek utama yang diperhatikan. Oleh sebab itu, penting untuk memahami dasar penilaian risiko terkait aspek keselamatan terhadap kebakaran dan ledakan. Secara umum penilaian risiko dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu identifikasi dan skala prioritas, analisis risiko, evaluasi risiko dan reduksi risiko. Penilaian risiko dapat disesuaikan dengan kompleksitas dan besarnya risiko. Metode penilaian risiko dapat dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahapan kualitatif atau qualitative (Q) adalah frekuensi dan severity ditentukan secara kualitatif. Tahapan semikuantitatif atau semiquantitative (SQ) merupakan frekuensi dan severity ditentukan atau diestimasikan mendekati kuantitatif dalam bentuk range. Dan tahapan kuantitatif atau quantified risk assessment (QRA) ialah penilaian secara kuantitatif yang paling detail dibandingkan metode sebelumnya berdasarkan level estimasi risiko dan kompleksitas risiko yang ada. 

 

Kegiatan kajian risiko kebakaran dapat diawali dengan melakukan pengumpulan informasi-informasi dasar mengenai desain yang ada. Oleh sebab itu, kegiatan kajian risiko kebakaran di perusahaan dan di dalam pengerjaan proyek akan mengalami kesulitan jika terdapat keterbatasan informasi yang ada. Meskipun demikian daftar bahaya yang mungkin ada tetap dapat disusun dan dampak bahaya kebakaran dapat dikaji serta besar risiko preliminary dapat dihitung. Sebaiknya detail suatu kajian risiko kebakaran sesuai dengan detail dari desain informasi yang dimiliki. Beberapa informasi yang diperlukan untuk melakukan suatu kajian risiko kebakaran adalah seperti filosofi pengoperasian dan pemeliharaan, plot plans dan gambaran layout, piping and instrumentation diagrams, process flow diagrams, data bahan berbahaya dan daftar peralatan serta process data sheets

 

Proses identifikasi dan analisis bahaya kebakaran adalah tahapan selanjutnya dalam kajian risiko kebakaran. Identifikasi bahaya harus dilakukan secara terstruktur, sistematis, auditable, dan mencakup seluruh bahaya kebakaran termasuk non process fires. Proses identifikasi bahaya ini yang kemudian akan diperoleh daftar potensial bahaya kebakaran yang mungkin timbul di fasilitas, seperti jet fire, pool fire, flash fire, bleve, electrical. Selanjutnya daftar potensial bahaya kebakaran tersebut sebaiknya juga dilengkapi dengan kemungkinan lokasi dimana kebakaran tersebut dapat terjadi. Setiap bahaya yang dapat di identifikasi memiliki sejumlah potensial bahaya lainnya yang mungkin terjadi sehingga akan sulit apabila harus dilakukan evaluasi untuk setiap potensial bahaya tersebut. Oleh sebab itu, setiap potensial bahaya kebakaran yang akan dipilih untuk dievaluasi merupakan potensial bahaya yang representatif, yaitu yang memiliki karakteristik initial release dan ignisi yang dapat menyebabkan kerusakan paling besar, kerugian produksi, dan yang berisiko tinggi terhadap pekerja. Selain itu, potensial bahaya kebakaran yang terpilih harus memiliki inventaris yang cukup dan dapat terbakar cukup lama untuk mengakibatkan kegagalan peralatan maupun struktur. Adapun potensial bahaya yang lebih kecil, namun juga perlu dipertimbangkan antara lain adalah kebakaran yang dapat mengalami eskalasi dan berdampak kurang parah, namun sangat mungkin terjadi. 

 

Analisis bahaya kebakaran adalah proses untuk menentukan ukuran, keparahan dan durasi dari suatu potensial bahaya serta dampaknya kepada pekerja, peralatan dan lingkungan. Dalam beberapa kasus, setiap potensial bahaya memiliki kondisi yang bervariasi untuk dianalisis, seperti ukuran zat yang terlepas, arah terlepasnya, suhu dan tekanan proses operasi serta kondisi cuaca. Seiring dengan semakin detailnya desain, analisis juga akan semakin kompleks. Oleh karena itu, diperlukan progam komputer yang dapat digunakan untuk pemodelan kebakaran di fasilitas industri. Dalam berbagai kajian risiko, analis akan membuat asumsi-asumsi. Hal ini sangat penting dilakukan karena validitas dari suatu analisis risiko bergantung dari validitas asumsi yang dibuat. Semua asumsi dalam kajian risiko harus terdokumentasikan dan dilengkapi dengan justifikasi yang dilakukan. Dalam kajian risiko kebakaran, suatu alat bantu yang mencakup tipe time-related maupun tipe demand-related penting untuk digunakan untuk mengetahui failure rate data. 

 

Pada dasarnya, terdapat empat jenis data dan sumber data korespondensi mencakup time-related dan demand-related failure data, seperti pertama fasilitas-data spesifik (Facility-Specific Data)  yang bersumber dari internal merupakan failure rate data yang dihasilkan dari pengumpulan informasi pada pengalaman akan kegagalan operasi peralatan fasilitas disebut sebagai facility-specific atau field failure rate data. Facility-specific data mencakup failure rate specific pada peralatan. Kedua data umum (Generic data) yang bersumber dari eksternal adalah jenis facility-specific failure rate data pada peralatan tertentu lebih sering dipilih untuk digunakan dalam berbagai penelitian, tetap, satu-satunya cara untuk memperoleh data yang cukup untuk kelengkapan penelitian adalah dengan membuat suatu set data generik. Data set ini dibuat dengan menggunakan input-input dari semua fasilitas suatu perusahaan, berbagai fasilitas suatu industri, sumber literatur, atau dari database komersil. Ketiga prediksi data atau kualitas umum (Predicted Data) yang bersumber dari Teknik estimasi, dalam metode ini estimasi failure rate data dengan menggunakan model dan korelasi dikembangkan berdasarkan analisis teknik dan scientific terhadap pengaruhnya pada reliabilitas jenis, kelas, atau kelompok tertentu dari suatu peralatan Kemempat pendapat ahli atau perkiraan kasar (Expert Opinion) yang bersumber dari pendapat ahli internal adalah suatu opini dari seorang ahli mengenai equipment failure rate data yang didasarkan pada pengalaman seseorang atau kelompok, terhadap peralatan dan kondisi pengoperasian yang sama dan yang dapat lebih akurat daripada data generik. 

 

Beberapa kunci sukses dalam kajian risiko kebakaran yang perlu untuk diperhatihkan adalah, seperti personel yang akan melakukan kajian risiko kebakaran sebaiknya orang yang mengerti tentang kajian risiko kebakaran serta berpengalaman. Kajian risiko kebakaran sebaiknya dilakukan oleh orang fire protection engineer yang dapat menggunakan common sense, realitis, dan hasilnya dapat dibuat menjadi suatu laporan yang berbasis performance-based terhadap upaya proteksi kebakaran. Seorang fire risk engineer akan membuat beberapa asumsi penting, setiap asumsi yang dibuat tersebut harus terdokumentasikan serta dilampirkan dengan justifikasi berupa data penunjang. Dokumentasi penting untuk membantu pemahaman akan hasil dan laporan kajian risiko kebakaran yang sudah lama dibuat sehingga fire protection harus memastikan bahwa kajian risiko kebakaran telah terdokumentasikan secara menyeluruh. 

 

Semoga bermanfaat.