Apa yang pertama kali kalian pikirkan ketika mendengar kata “pemimpin”? Apakah seseorang yang bisa memimpin, seseorang dengan jabatan tertinggi, atau orang dalam kelompok yang mengarahkan agar semua mejadi teratur? Bisa jadi benar, karena kita sebagai manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, maka dari itu manusia hidup berkelompok. Tidak perlu contoh yang besar, contohnya pun terdapat pada hal yang kecil seperti keluarga, setiap keluarga pasti memiliki seorang pemimpin yang berkewajiban untuk menjaga, merawat, dan menjamin kebutuhan anggota keluarga lainnya. Atau mungkin contoh yang lebih luas lagi seperti Rukun Tetangga, Rukun Warga, atau mungkin kelompok kerja yang berbentuk tim? Suatu tim tidak akan lengkap jika tidak ada ketua. Ketua merupakan seorang yang menjadi pionir pergerakan dan yang mengarahkan anggota timnya, maka ketua tersebut dapat disebut pemimpin dalam tim. Tidak hanya ketua, jabatan seperti direktur dan kepala bagian juga merupakan pemimpin dalam timnya masing-masing. Namun apakah pemimpin selalu berkaitan dengan jabatan? Tentunya tidak karena semua orang adalah pemimpin dan pemimpin lahir dari tergeraknya hati untuk membawa perubahan melalui proses panjang.

Awal kata pemimpin menurut KBBI daring adalah pimpin, artinya orang yang memimpin. Pemimpin dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, mempengaruhi orang lain dan kelompoknya. Menurut ahli, pemimpin adalah seseorang yang memiliki peranan atau posisi dominan dan berpengaruh dalam kelompoknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Lalu bagaimana dengan jabatan seperti ketua atau kepala dalam struktur kepengurusan? Ketua atau kepala adalah jabatannya, dia seorang pimpinan dalam struktur kepengurusan. Namun, belum tentu seorang ketua memiliki sifat pemimpin dalam dirinya. Jika seorang ketua atau kepala memiliki kemampuan memimpin dan mempengaruhi kelompoknya, dia dapat disebut pemimpin.

Membahas tentang pemimpin, apakah hal tersebut sama dengan kepemimpinan yang menjadi judul artikel ini? Secara simpel kedua hal tersebut sekilas terlihat sama namun terdapat perbedaan, selain pemimpin, ada juga kepemimpinan. Jika pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan memimpin, kepemimpinan adalah gaya dan karakter seorang pemimpin. Secara garis besar, peran seorang pemimpin adalah bertanggung jawab penuh dalam menggerakkan dan memotivasi anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu pemimpin juga berperan sebagai pencetus ide, penyemangat kelompok, pengarah anggota, mengaktifkan anggota, mengawasi kegiatan, dan mengayomi anggotanya.

Seorang ahli mengatakan bahwa terdapat empat peran kepemimpinan dimana kepemimpinan dan pemimpin adalah hal yang berbeda, pemimpin bukan hanya tentang jabatan tetapi pemimpin adalah tentang kemampuan seseorang dalam memimpin dan mempengaruhi. Empat peran tersebut meliputi: Modelling, dimana peran pemimpin dalam memberikan contoh yang baik kepada anggota kelompoknya. Modelling merupakan cara yang efektif untuk membentuk anggota tim hebat seperti yang seorang pemimpin inginkan karena anggota kelompoknya melihat sifat dan perbuatan baik dari pemimpinnya, sehingga mereka akan menirunya dan terciptanya budaya yang baik dalam tim; Pathfinding, dimana seorang pemimpin berperan sebagai penentu arah. Ia yang berperan menentukan visi, misi, dan strategi yang kemudian dibagikan kepada anggota timnya. Sangat penting seorang pemimpin menjalankan peran kepemimpinannya memastikan anggota mengetahui tujuan apa yang ingin dicapai bersama; Aligning dimana dalam peran aligning, seorang pemimpin bertugas menjaga tim agar tetap sejalur dengan visi yang ingin diraih bersama. Tentunya dalam peran ini pemimpin juga melakukan pengaturan dan penyesuaian, maka perlu fleksibilitas sistem agar dapat menyesuaikan perubahan yang datang; dan yang terakhir Empowering dimana peran pemimpin fokus pada pengembangan bakat anggota, memberikan kepercayaan serta tanggung jawab, dan membantu anggota jika diperlukan.

Setiap organisasi tentunya memiliki seorang pemimpin. Pemimpin dalam sebuah organisasi merupakan ujung tombak keberhasilan organisasi, seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Sifat kepemimpinan ini terdapat dalam hubungan antara manusia, yaitu hubungan menpengaruhi (dari pimpinan), dan hubungan kepatuhan/ketaatan para pengikut (bawahan). Seorang pemimpin harus mempunyai komitmen dalam mengatur dan mengarahkan seluruh kegiatan organisasi dan juga harus tertanam dalam dirinya sifat melayani, memiliki rasa kasih sayang dan perhatian pada mereka yang dipimpinnya agar kegiatan dalam organisasi dapat berjalan dengan baik. Ki Hajar Dewantara pernah mengajarkan bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki sifat ing ngarso sung tuloda yang berarti di depan pemimpin harus memberi contoh dan teladan. Ing madyo mangun karso yang berarti di tengah pemimpin sebagai pembangun karsa, gagasan, ide, dan karya. Lalu yang terakhir tut wuri handayani yang berarti di belakang pemimpin sebagai pemberi dorongan dan motivasi. Dengan memiliki sifat-sifat diatas maka pemimpin dalam menjalankan tugas dan tangung jawabnya sebagai pengelola organisasi. Untuk memenuhi harapan tersebut di butuhkan komitmen dari seorang pemimpin organisasi. Karena komitmen merupakan motor penggerak dalam mengimplementasikan kebijakan, sehingga dapat menyumbangkan seseuatu terhadap organisasinya.

Tetapi apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan komitmen? Kata komitmen berasal dari bahasa latin yaitu “commiter” yang berarti menyatukan, mengerjakan, menggabungkan, dan mempercayai. Dalam dunia bisnis arti komitmen yaitu sikap setia dan tanggung jawab seseorang terhadap orang lain, diri sendiri, organisasi, dan lain-lain. Dalam dunia kerja, organisasi, dan hubungan manusia dibutuhkan komitmen. Kemampuan melakukan komitmen ini dibutuhkan dalam organisasi dan perusahaan. Manfaat komitmen dalam dunia kerja yaitu kemampuan bekerja keras dan sungguh-sungguh dalam melakukan tugas. Lantas bagaimana cara mengetahui seorang pemimpin yang memiliki komitmen? Seorang ahli memberikan pemahaman bahwa pemimpin yang berkomitmen dapat dilihat melalui 3 komponen yaitu: Affective Commitment, yaitu komitmen afektif yang berkaitan dengan emosional yang erat terhadap organisasi. Artinya individu yang memiliki Affective Commitment akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi yang berarti terhadap organsasinya. Semakin tinggi kedekatan emosional individu terhadap organisasi maka orang tersebut memiliki Affective Commitment yang kuat terhadap organisai, semakin rendah kedekatan emosional individu maka individu tersebut memiliki Affective Commitment yang rendah pula;

Yang kedua yaitu Continuance Commitment yang berkaitan dengan kesadaran dalam individu tersebut. Continuance commitment berhubungan dengan bagaimana anggota organisasi merespons ketidakpuasaanya terhadap kejadian-kejadian dalam pekerjaan dan tidak ada rasa peduli terhadap kejadian yang tidak baik yang terjadi dalam organisasi, dengan kata lain komitmen ini terbentuk atas dasar untung rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus dikorbankan bila akan menetap pada suatu organisasi dan kebutuhan untuk bertahan, tanpa adanya kontribusi positif terhadap organisasi. Kunci dari komitmen ini adalah “Kebutuhan”; Yang terakhir yaitu Normative Commitment yang berisi keyakinan individu akan tanggung jawab terhadap organisasi. Ia merasa harus bertahan karena loyalitas. Kunci dari komitmen ini adalah kewajiban untuk bertahan dalam organisasi. Oleh karena itu diperlukan komitmen dari seorang pemimpin untuk mencapai tujuannya. Sebab tanpa adanya komitmen seorang pemimpin tidak mungkin akan mendapatkan hasil yang positif dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin dalam mengelola organisasi. Skill yang mempuni diimbangi dengan komitmen yang kuat terhadap organisasi merupakan salah satu kunci untuk membawa organisasi kearah yang lebih baik.

Dari pembahasan diatas kini kita bisa mendapatkan gambaran apa yang dimaksud dengan kepemimpinan dan komitmen. Selain contoh-contoh diatas, kepemimpinan dan komitmen juga masuk kedalam ISO 9001 yang membahas tentang sistem manajemen mutu. Pada klausul 5, kepemimpinan berisi persyaratan tentang apa yang harus dilakukan oleh pihak manajemen. ISO 9001:2015 menganggap penting peranan pihak manajemen dalam penerapan sistem manajemen. Alasannya jelas karena penerapan sistem manajemen mutu adalah keputusan strategis, membutuhkan banyak sumber daya. Tanpa komitmen dan kepemimpinan dari pihak manajemen,akan sulit bagi sistem manajemen mutu untuk dapat berjalan dengan efektif.

Secara rinci, ISO 9001:2015 memberi persyaratan tentang apa yang harus dilakukan oleh pimpinan (yang selanjutnya akan disebut sebagai pihak manajemen) yaitu sebagai berikut: Mengambil tanggung jawab terhadap efektifitas sistem manajemen mutu. Berarti, pihak manajemen tidak bisa lepas tangan dalam penerapan sistem manajemen mutu. Pihak manajemen harus terus memantau apakah sistem manajemen mutu telah diterapkan dengan baik dan apakah telah efektif mencapai sasaran yang diinginkan; Yang kedua yaitu Memastikan bahwa kebijakan mutu dikomunikasikan, dipahami dan diterapkan. Komunikasi kebijakan mutu adalah hal yang sangat penting untuk membangun kesadaran setiap karyawan tentang mutu. Dan komunikasi yang dimaksud bukan sekedar memberitahu, tetapi memberi pesan bahwa kebijakan itu penting dan harus dipatuhi. Selain komunikasi verbal dan tulisan, yang tak kalah penting adalah keteladanan. Sejuta kata dalam kebijakan mutu tak akan berguna bila pemimpin memberi contoh sebaliknya; Yang ketiga yaitu Memastikan integrasi persyaratan-persyaratan sistem manajemen mutu ke dalam proses-proses bisnis organisasi. Sistem manajemen mutu harus melekat pada proses bisnis organisasi.

Seringkali, pada penerapan ISO 9001, prosedur dibuat tanpa memperhatikan proses bisnis aktual organisasi. Akibatnya, sistem manajemen mutu seperti sesuatu yang asing bagi banyak pihak di organisasi. Ini yang disebut artificial quality management system yang banyak terjadi pada penerapan ISO 9001 edisi terdahulu; Yang keempat yaitu Mempromosikan kesadaran tentang pendekatan proses. Adanya persyaratan ini berarti pihak manajemen harus benar-benar paham pendekatan proses. Mempromosikan kesadaran tentang pendekatan proses berarti berupaya agar setiap lapisan dalam organisasi terbiasa berpikirdalam kerangka proses, apa input dan output suatu aktifitas, apa persyaratan outputnya, apa kinerja yang ingin dicapai, apa resiko-resikonya dan sebagainya; Yang kelima yaitu Memastikan bahwa sumber daya yang dibutuhkan untuk sistem manajemen mutu tersedia. Sistem manajemen mutu membutuhkan sumber daya. Proses-proses yang menjadi bagian dari sistem manajemen mutu juga membutuhkan sumber daya. Sumber daya bisa peralatan, sumber daya manusia, waktu kerja dan sebagainya. Pihak manajemen harus mengetahui sumber daya apa yang diperlukan dan menjamin ketersediaannya;

Yang keenam yaitu Mengkomunikasikan pentingnya manajemen mutu yang efektif dan pentingnya memenuhi persyaratan-persyaratan sistem manajemen mutu. Pihak manajemen harus melakukan sosilisasi tentang apa itu manajemen mutu, menerangkan bagaimana pekerjaan karyawan menjadi bagian dalam manajemen mutu, mengapa manajemen mutu penting, apa manfaatnya, dan apa akibatnya bila diterapkan. Hal-hal tersebut bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan berkala; Dan yang terakhir yaitu Mempromosikan peningkatan berkelanjutan. Terkadang karyawan tidak memikirkan cara lain untuk bekerja yang lebih efektif karena sudah nyaman dengan cara yang dilakukannya. Disinilah peran manajemen untuk memberi kesadaran bahwa selalu ada peluang untuk perbaikan yang berguna baik untuk karyawan sendiri maupun untuk organisasi. Lalu, agar karyawan bisa memunculkan ide tentang perbaikan, karyawan juga perlu dibekali dengan beberapa pengetahuan seperti analisa proses, problem solving, jenis-jenis pemborosan dan sebagainya. Ada baiknya juga bila organisasi membuat sistem untuk pengusulan tindakan perbaikan dan memberikan reward yang pantas.

Pada akhirnya pihak manajemen puncak lah yang harus mengimplementasikan sikap kepemimpinan yang baik serta komitmen yang tinggi. Tetapi siapakah yang dimaksud manajemen puncak atau top management oleh ISO 9001:2015? Yang dimaksud adalah orang atau grup yang mengarahkan dan mengendalikan organisasi pada tingkat tertinggi. Jika posisi tersebut tidak ada maka direktur perusahaan harus terlibat langsung dalam penerapan dan pemantauan sistem manajemen mutu. Karena seperti yang dibahas diawal bahwa Setiap organisasi harus memiliki seorang pemimpin. Karena pada hakekatnya pemimpin dalam sebuah organisasi merupakan ujung tombak keberhasilan organisasi, dan seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan dan komitmen yang tinggi.

Semoga bermanfaat