Pada saat sedang mengemudi kendaraan di jalan raya, tentunya kita semua ingin terhindar dari kecelakaan. Namun, ada sebuah teori yang mengatakan bahwa kalau kejadian kecelakaan fatal berawal dari kejadian kecelakaan-kecelakaan yang kecil terlebih dahulu. Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia, Sony Susmana mengatakan, piramida kecelakaan ini terdiri dari tiga bagian paling bawah yaitu near miss, kemudian incident, selanjutnya accident dan puncaknya adalah fatality. Near miss yang berarti hampir celaka kalau diabaikan oleh setiap pengemudi di jalan raya, pada akhirnya akan menimbulkan kecelakaan. Berdasarkan grafik piramida potensi kecelakaan, 1 kali accident berpotensi dari 29 kali incident dan 29 incident potensi dari 300 kali near miss, ucap Sony Susmana kepada Kompas.com, Senin (7/9/2020), Jakarta. 

 

Near miss atau hampir celaka juga sering dikenal dengan berbagai istilah nama, seperti incident, close shaves, close calls, near hits. Dalam beberapa lingkungan tempat kerja atau perusahaan near miss sering sekali diremehkan terkait potensi untuk kemungkinan menjadi celaka atau cidera. Sebuah near miss, sebenarnya tidak menyebabkan kerugian, namun tetap harus dilaporkan. Pelaporan dan pengontrolan penyebab near miss memiliki banyak sekali manfaat. 

Dalam sebuah studi kasus yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa near miss terjadi lebih sering dari pada kecelakaan dan sering menjadi petunjuk awal terjadinya kecelakaan. Dalam banyak kasus kecelakaan, kejadian near miss dengan proses yang sama telah terjadi berkali-kali sebelum kecelakaan yang sebenarnya terjadi. Dengan kata lain, penyebab dari near miss dan accident itu sama, yang membedakan hanyalah faktor keberuntungan (luck factor) atau lebih tepatnya any other circumstances. 

Menurut National Safety Council (NSC), near miss (hampir celaka atau nyaris celaka) adalah suatu peristiwa yang tidak direncanakan, tidak mengakibatkan cedera, penyakit, atau kerusakan property, tetapi memiliki potensi untuk mengakibatkan kerugian-kerugian tersebut. Sementara itu, menurut McKinnon dalam bukunya yang berjudul Safety Management Near miss Identification, Recognition, and Investigation, mendefinisikan near miss sebagai sebuah kejadian yang tidak diinginkan dalam keadaan sedikit berbeda yang dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia, kerusakan properti, gangguan bisnis atau kombinasi dari ketiganya dan kecelakaan tanpa cedera atau kerusakan serta sebagai sebuah peristiwa yang hampir mengakibatkan cedera atau kerusakan. 

Perbedaan atau kesalahan pemahaman dalam mendefinisikan near miss secara bahasa sering sekali menimbulkan kebingungan dalam menentukan klasifikasi suatu incident. Apakah suatu insiden itu dikategorikan dalam near miss, property damage atau hanya merupakan sebuah at risk behaviour. Dalam mengatasi masalah ini, sebenarnya dapat merujuk pada contact and exchange of energy yang merupakan suatu tindakan atau kondisi yang berisiko akan menimbulkan pertukaran energi dan sebuah kontak yang pada tahap ini dalam sebuah sequence kecelakaan dimana tubuh seseorang atau sebuah bagian peralatan terkena gaya (kekuatan) eksternal yang lebih besar dari daya tahannya, sehingga menyebabkan cidera atau kerusakan. Sedangkan pada near miss, sebuah faktor keberuntungan terjadi, sehingga tidak terjadi kontak dengan energi atau energi yang ada tidak cukup kuat untuk menyebabkan kerugian (harm). Sebuah near miss harus memiliki fase energi (dimana energi itu mengalir) dan bukan hanya sebuah potensi energi. Sebuah tindakan dan kondisi yang berisiko tidak dapat digolongkan ke dalam near miss apabila tidak ada aliran energi yang contacted.

Pada suatu kecelakaan (accident) ada suatu bentuk dari kontak atau pertukaran energi (energy exchange) yang besarnya berada di atas nilai ambang batas kekuatan tubuh atau struktur peralatan, sehingga menyebabkan cidera atau kerusakan alat. Sedangkan pada near miss, tidak terjadi pertukaran energi (exchange of energy). Pada near miss, apabila terdapat kontak dengan energi, biasanya jumlah nilai pertukaran energinya dibawah tresshold limit dan tidak ada kerugian yang terjadi.

Pada beberapa kesempatan selain diperdebatkan dalam segi definisinya, near miss sering diperdebatkan juga terkait posisinya dalam indikator keselamatan, apakah near miss masuk sebagai salah satu leading indikator atau sebagai lagging indikator. Dalam hal ini terdapat dua pendapat yang berbeda, pendapat yang pertama mengatakan near miss sebagai leading indicator dikarenakan near miss menawarkan menajemen sebuah kesempatan untuk bereaksi terhadap peringatan sebelum terjadinya suatu kecelakaan yang mengakibatkan kerugian kepada orang, peralatan, pabrik, atau lingkungan. Salah satu contohnya seperti yang dikatakan S. L. Smith di Occupational Hazards (1994), bahwa near miss menantang tradisi menggunakan incident untuk melakukan tinjauan menyeluruh dari kondisi kesalamatan, praktek, dan pelatihan. Pelacakan near miss menawarkan sebuah kesempatan yang lebih baik untuk memfokuskan upaya pencegahan kecelakaan. Sedangkan sebaliknya, near miss dikatakan sebagai lagging indikator dengan alasan bahwa near miss merupakan sebuah kejadian yang tidak diinginkan dan pada saat terjadi near miss, menunjukkan bahwa energi sudah terlepaskan. 

Terlepas dari semua perdebatan di atas, near miss pada saat ini banyak digunakan sebagai sebuah leading indikator dari suatu organisasi atau perusahaan. NEMIRR (Near Miss Incident Recognition, Reporting, Risk Ranking, Investigation, and Remedial Action) memberikan banyak manfaat, dengan NEMIRR, maka organisasi atau perusahaan tidak hanya akan mengurangi jumlah insiden near miss, namun lebih penting lagi, akan mengurangi jumlah kecelakaan sebenarnya di masa depan. Mengurangi jumlah insiden near miss akan memperbaiki masalah sebelum menyebabkan kecelakaan. Manfaat besar pelaporan near miss lainnya adalah bahwa lebih mudah untuk sampai ke root cause karena tidak ada yang terluka atau meninggal, yang berarti tidak ada kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan. 

Near miss bukan suatu kejadian kebetulan, ada tiga faktor penyebab terjadinya near miss di tempat kerja, yakni tindakan tidak aman (unsafe act), kondisi tidak aman (unsafe condition), dan terburu-buru atau nekat melakukan short cut (jalan pintas) dalam menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhatikan aspek keselamatan. Dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa unsafe act, unsafe condition dan near miss harus dicegah agar tidak terjadi kecelakaan kerja yang mampu mengakibatkan sejumlah kerugian. Melaporkan dan memperbaiki akar penyebab kejadian near miss dapat meminimalkan atau bahkan menghilangkan terjadinya cedera dan kecelakaan kerja. Namun tidak sedikit pekerja yang mengabaikan near miss dan menganggap itu bukan suatu hal yang penting, sehingga near miss sering kali tidak dilaporkan. Beberapa perusahaan juga mungkin tidak memiliki budaya pelaporan di mana para pekerjanya didorong untuk melaporkan kejadian near miss

Dalam hal ini kurangnya kesadaran terkait pelaporan near miss dikarenakan terdapat perbedaan pola pikir terkait keselamatan, seperti setelah kejadian baru dianggap sebagai kecelakaan kalau sudah ada yang cedera parah atau kehilangan nyawa. Membiarkan near miss dan tidak dilaporkan serta dikendalikan memberikan kesempatan bagi kecelakaan yang lebih serius terjadi. Meskipun near miss tidak mengakibatkan kerugian, namun tetap harus dilaporkan. Pelaporan near miss dapat membantu mencegah terjadinya insiden di kemudian hari dan perusahaan perlu membuat proses pelaporan near miss semudah mungkin dan dapat dipahami. Pada kenyataannya setiap kerugian atau kecelakaan kerja berulang kali terjadi dipicu oleh kejadian near miss. Maka dari itu, dengan mengenali dan melaporkan kejadian near miss secara signifikan dapat meningkatkan keselamatan pekerja dan meningkatkan budaya keselamatan. Selain itu, pelaporan near miss juga dapat membantu mengidentifikasi kelemahan prosedur operasional, seperti prosedur dalam melakukan pekerjaan yang mungkin jarang terjadi, tetapi berpotensi menimbulkan konsekuensi yang tinggi. 

Pelaporan near miss merupakan suatu kritik untuk mencegah kecelakaan kerja karena pelaporan near miss memberikan informasi tentang faktor penyebab dan akar penyebab dari kecelakaan kerja. Menurut Frank E. Bird dalam bukunya yang berjudul Practical Loss Control Leadership, kecelakaan tidak langsung terjadi tanpa ada kejadian sebelumnya yang memicu kecelakaan. Kecelakaan pada prinsipnya memiliki pola di mana semua jenis kecelakaan diawali dari near miss. Pada tahun 2003, Conoco Philips Marine melakukan studi kasus yang menganalisis perilaku yang berisiko (at-risk behaviors), near miss, kecelakaan yang mengakibatkan cedera ringan, dan kecelakaan yang mengakibatkan cedera serius bahkan kematian. Dalam studi kasus tersebut ditemukan bahwa untuk setiap kematian tunggal setidaknya berasal dari 300.000 perilaku yang berisiko. Bila melihat dari hasil studi di atas, near miss tidak dapat disepelekan karena tidak pernah diketahui di antara near miss mana yang bisa mengakibatkan celaka. Studi kecelakaan tersebut menunjukkan bahwa near miss lebih sering terjadi dari pada kecelakaan dan sering menjadi petunjuk awal kecelakaan. 

Kejadian near miss sering menjadi pemicu untuk menimbulkan kerugian, namun sering kali pula diabaikan karena tidak terdapat cedera atau kerusakan yang terjadi. Padahal sebagian besar kerugian serius berulang kali terjadi didahului oleh kejadian near miss. Melaporkan near miss dapat secara signifikan mencegah terjadinya kecelakaan kerja di masa mendatang dan meningkatkan keselamatan pekerja. Semakin banyak near miss yang dilaporkan, maka semakin banyak kesempatan untuk menyelidiki, mengidentifikasi, dan memperbaiki akar penyebab sebelum kerugian serius terjadi. Maka dari itu, dibutuhkan langkah-langkah dalam pembuatan sistem pelaporan near miss di tempat kerja, seperti menetapkan kebijakan dan serangkaian prosedur pelaporan yang jelas dan mudah dipahami oleh semua pekerja. Kebijakan dan prosedur tersebut tentu harus didukung oleh pemimpin keselamatan di perusahaan. Kebijakan yang dibuat harus berisi tentang bagaimana komitmen perusahaan yang berkaitan dengan pelaporan near miss. Sementara prosedur yang dibuat harus mencakup langkah-langkah pelaksanaan pelaporan near miss. Kebijakan dan prosedur pelaporan yang sudah dibuat harus dikomunikasikan kepada setiap orang di lingkungan perusahaan. 

Bangunlah budaya pelaporan near miss di tempat kerja. Pelaporan near miss dapat mencapai kesuksesan jika dipimpin, didukung, dan berdasarkan inisiatif dari manajemen. Dukung budaya pelaporan near miss salah satunya dengan memberikan edukasi kepada pekerja, manajer, dan supervisor tentang mengapa pelaporan near miss itu penting beserta prosedur pelaporannya. Selalu libatkan pekerja untuk melaporkan kejadian near miss sebagai bagian dari pekerjaannya dalam mencegah terjadinya kecelakaan di masa mendatang atau untuk melatih dirinya. Pastikan perusahaan melindungi hak-hak pekerja yang berpartisipasi dalam pelaporan near miss. Dengan begitu, pekerja bisa melaporkan near miss tanpa ada rasa khawatir atau takut dan jika perlu, identitas pekerja yang melaporkan tidak perlu disebutkan dalam laporan atau anonim. 

Dalam setiap laporan near miss selalu selidiki secara menyeluruh dengan lengkap. Pahami akar penyebab yang mengakibatkan terjadinya near miss pada saat melakukan identifikasi. Dalam dokumentasi pelaporan near miss, form pelaporan sebaiknya dibuat sederhana, mudah dibawa, dan selalu tersedia. Menurut McKinnon, form pelaporan near miss mencakup nama (bisa anonim), tanggal, lokasi, tingkat keparahan near miss (rendah, medium, tinggi, sangat tinggi), tingkat kemungkinan near miss terulang (rendah, medium, tinggi, sangat tinggi), bagaimana near miss bisa terjadi dan tindakan perbaikan atau pengendalian. Hasil pelaporan near miss yang berisi data dan informasi ini diperlukan untuk mengukur peningkatan dan keefektifan program K3. 

Lakukan identifikasi dan penilaian near miss di tempat kerja, memeriksa tempat terjadinya near miss dan meninjau informasi yang tersedia terkait near miss yang dilaporkan. Setelah mengetahui akar penyebabnya, tetapkan dan laksanakan rencana untuk memprioritaskan pengendalian near miss yang terjadi di tempat kerja. Jika near miss terjadi karena kondisi tidak aman, sebaiknya jangan lanjutkan pekerjaan hingga masalah telah diperbaiki dan supervisor sudah memperbolehkan untuk melanjutkan pekerjaan. Sementara itu, jika near miss terjadi karena tindakan tidak aman, setiap pekerja yang terlibat harus diberitahu tentang tindakan pengendaliannya sebelum kembali melanjutkan pekerjaan. 

Tentukan tindakan pengendalian berdasarkan akar penyebab yang telah diidentifikasi. Pergunakan hasil investigasi untuk meningkatkan keselamatan kerja, pengendalian bahaya, dan pengurangan risiko. Beritahu pekerja yang melaporkan bahwa near miss telah dicatat dan tindakan pengendalian telah dilakukan untuk menghindari near miss serupa terulang kembali. Berilah penghargaan kepada pekerja yang telah berpartisipasi melaporkan near miss. Dengan melakukan pelaporan near miss, maka keuntungan yang akan didapatkan perusahaa adalah seperti menurunkan kemungkinan kejadian kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau kerusakan properti. Data dapat digunakan untuk statistik dan analisis, mengetahui tren keselamatan kerja, penelitian K3 di masa depan, dan pengukuran kinerja K3. Meningkatkan partisipasi pekerja untuk ikut serta dalam melaporkan kondisi bahaya dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja di kemudian hari. Dan meningkatkan keselamatan pekerja dan meningkatkan budaya keselamatan di perusahaan. Poin terpenting yang diperoleh dari hasil pelaporan near miss adalah sistem pelaporan near miss dapat membantu mencegah terjadinya kecelakaan kerja di kemudian hari. 

Salah satu masalah terbesar yang harus dihadapi perusahaan dalam menerapkan pelaporan near miss adalah ketakutan atau kekhawatiran pekerja untuk disalahkan atau mendapat hukuman karena melaporkan near miss. Dilihat dari piramida kecelakaan yang menunjukan bahwa terkadang suatu kecelakaan diawali dengan near miss. Dalam setiap 600 kejadian hampir celaka akan ada 30 kasus kecelakaan yang menyebabkan kerusakan pada peralatan, mesin atau material, dan diantara itu kemungkinan ada 10 kasus kecelakaan yang berakibat pada cidera ringan serta diantara itu juga ada kemungkinan 1 kasus kecelakaan (cidera) serius atau bahkan kematian. Artinya, near miss tidak dapat disepelakan, karena tidak pernah diketahui near miss (hampir celaka) mana yang dapat menyebabkan terjadinya cidera serius atau bahkan kematian.  Sepertinya yang dinamakan kecelakaan, tidak harus menunggu sampai terjadi 599 near miss terlebih dahulu, baru kemudian near miss yang ke 600 menjadi kecelakaan. Oleh sebab itu, kita harus selalu berhati-hati dalam bekerja dan memperhatikan kondisi serta perilaku disaat beraktivitas di lingkungan tempat kerja atau perusahaann agar terhindar dari kecelakaan kerja. 

Semoga Bermanfaat.