Negara Indonesia telah memasuki era pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pada tahun 2015 angka tenaga kerja Indonesia menyentuh angka 128.3 juta pekerja dari total sekitar 250 juta penduduk di Indonesia. Sementara itu, angka pengangguran di Indonesia menyentuh sekitar 5.81% (Badan Pusat Statistik, 2015). Kebanyakan dari tenaga kerja tersebut menghabiskan banyak waktu di tempat kerjanya. Angka Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Indonesia dari tahun ke tahun selanjutnya masih sangat tinggi. Hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Provinsi di Indonesia pada tahun 2013, menunjukan jumlah kasus penyakit umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus dan jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus (Muchtaruddin,2014). Angka penyakit yang tinggi ini membuat pekerja penerima upah berada dalam urutan kedua dalam pembiayaan penyakit katastropik di BPJS Kesehatan sebanyak 24.1% (Kemenkes, 2014). Angka penyakit akibat kerja dan klaim BPJS Kesehatan yang tinggi dari pekerja penerima upah merupakan suatu gambaran buruk atas dunia kesehatan kerja di Indonesia. Pada data tersebut menunjukkan bahwa para pekerja mendapatkan masalah terkait dengan PAK, karena adanya kontak antara pekerja dengan bahaya di tempat kerja. Oleh sebab itu, dari masalah tersebut promosi kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting.
Promosi Kesehatan dinilai dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku sehat pekerja, sehingga pekerja dapat terhindar dari penyakit akibat kerja dan penyakit terkait hubungan kerja. Sebelum penerapan dan pelaksanaan promosi kesehatan, harus dipahami terlebih dahulu istilah 5W&1H dari promosi kesehatan, 5W&1H itu adalah what,when,why,who, dan how. Promosi kesehatan didefinisikan sebagai ilmu dan seni untuk menolong pekerja mengubah gaya hidup mereka dalam bergerak maju menuju status kesehatan dan kapasitas kerja yang optimal, sehingga berkontribusi bagi kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dan dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaan (Kurniawidjaja,2010). Promosi kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja sehingga pekerja dapat terbebas dari penyakit akibat kerja. Dalam promosi Kesehatan terdapat elemen 5W&1H yang bertujuan untuk memahami dengan lebih mudah tentang promosi kesehatan.
Terdapat banyak sekali hal-hal yang dapat diangkat dalam promosi kesehatan. Menurut Permenaker No.10 Tahun 2016 tentang Tata Cara Program Kembali Kerja dan Kegiatan Promotif serta Preventif Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja, ada beberapa materi yang dapat diangkat dalam promosi kesehatan, adalah seperti kampanye keselamatan berlalu lintas, promosi dan kampanye perilaku hidup bersih dan sehat, pembinaan K3, peningkatan budaya K3 dan peningkatan gizi pekerja. Selain tema di atas, promosi kesehatan juga dapat mengangkat tema seperti ergonomik, penangangan bahan kimia, radiasi, dan tema-tema yang lainnya. Namun, promosi kesehatan tetap berfokus untuk mengubah perilaku kerja dan perilaku hidup agar lebih sehat. Promosi kesehatan tidak mengenal batas waktu dalam pelaksanaanya, promosi kesehatan dapat dilaksanakan di dalam dan di luar jam kerja. Di dalam jam kerja, promosi kesehatan dapat dilaksanakan ketika ada momen tertentu, seperti bulan K3, hari gizi nasional atau ketika hari AIDS sedunia. Promosi kesehatan juga dapat dilaksanakan tanpa menunggu adanya momen tertentu, seperti dengan melakukan konsultasi di medical check up, seminar atau media lain yang disebarkan saat jam kerja. Di luar jam kerja, promosi kesehatan masih bisa terlaksana dengan adanya rambu, papan atau media informasi lainnya yang dapat dilihat oleh pekerja selepas bekerja. Selain itu, promosi kesehatan juga bisa dilaksanakan di hari libur dengan mengundang para keluarga pekerja untuk diberikan promosi kesehatan untuk mendukung pekerja menerapkan pola hidup sehat.
Pelaksana promosi kesehatan dapat berasal dari beberapa unsur, seperti manajemen perusahaan dan tim K3, Kebijakan yang top-down dapat diinisiai dari manajemen perusahaan dan tim K3 perusahaa kepada seluruh karyawan. Pihak inilah yang memegang program serta dana untuk pelaksanaan promosi kesehatan. Pekerja dapat menjadi pelaksana promosi kesehatan untuk teman kerjanya. Mereka dapat dilatih menjadi agen kesehatan untuk menyebarkan kampanye kesehatan di lingkungan kerjanya. Bahkan dengan cari ini bisa memunculkan program promosi kesehatan yang down-top. Pemerintah selaku pemangku kebijakan, dapat melaksanakan promosi kesehatan dengan melakukan kunjungan ke tempat kerja yang menjadi target. Selain itu, pemerintah juga dapat menegakkan kebijakan yang berpihak kepada promosi kesehatan. Pihak ke-4 terdiri dari organisasi profesi dan juga para Perusahaan Jasa K3 (PJK3). Mereka sering mengadakan seminar atau kegiatan promosi kesehatan lain baik itu gratis ataupun berbayar. Terdapat beberapa alasan kenapa promosi kesehatan itu penting, pertama adalah pekerja yang sehat merupakan asset perusahaan, karena di tangan para pekerjalah produktifitas dalam bidang apapun dapat meningkat. Tidak hanya merupakan aset bagi tempat kerjanya, pekerja sehat juga merupakan aset bagi keluarga karena penghasilan keluarga berasal dari pekerja. Selain itu, pekerja juga merupakan aset untuk bangsa karena pekerja yang produktif akan meningkatkan perekenomian suatu bangsa. Kedua isu sentral, promosi kesehatan merupakan sebuah isu sentral karena pekerja sebagai pelaku pekerjaan, menghabiskan waktu paling banyak di tempat kerjanya sehingga perilaku dan tempat kerjanya harus dipastikan sehat guna meningkatkan ekonomi secara langsung dan citra perusahaan secara tidak langsung. Terakhir adalah pemenuhan regulasi seperti Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Permenaker No Tahun 2016, mensyaratkan adanya lingkungan kerja yang sehat dan selamat. Maka dari itu, promosi kesehatan sangat penting untuk memastikan perilaku sehat pada pekerja. Promosi kesehatan dapat dilakukan di tempat kerja dari gerbang masuk hingga ke meja kerja. Promosi kesehatan juga dapat dilakukan di luar tempat kerja seperti di asrama karyawan atau bahkan di rumah pekerja dengan menggunakan media elektronik dan penyuluhan langsung.
Promosi kesehatan dapat dilaksanakan dengan metode RAPKPIEK (Kurniawidjaja, 2010), yaitu seperti rekognisi yang merupakan tahapan untuk mengenali bahaya kesehatan yang ada. Tahap rekognisi dapat dilakuan dengan pelaksanaan Medical Check Up, Health Risk Assessment ataupun dengan observasi langsung. Analisis adalah tahapan menentukan besarnya permasalahan kesehatan yang telah ditemukan. Perencanaan ialah tahapan untuk menentukan target pencapaian dan cara menilainya serta bagaimana proses perubahannya. Komunikasi adalah tahapan di mana rencana akan disampaikan ke semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan program. Persiapan merupakan tahapan di mana saat membuat kebijakan tertulis dari top manajemen untuk melaksanakan program serta menentukan sarana dan prasaran. Implementasi adalah tahapan di mana program dilaksanakan oleh pekerja. Tahap implementasi dapat berupa diskusi kelompok, konsultasi personal ataupun praktek hidup sehat. Evaluasi adalah tahapan di mana tujuan dan hasil dari program kesehatan di bandingkan. Evaluasi juga dipakai sebagai sarana menilai efektif tidaknya dana yang dikeluarkan oleh manajemen. Sedangkan kontinuitas adalah tahapan di mana program promosi kesehatan dilaksanakan secara berkesinambungan dan menjadi terus lebih baik.
Menurut Kurniawidjaja, promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan kegiatan pendidikan dan pengorganisasian yang melibatkan organisasi kerja, komunitas lingkungan di tempat kerja dan keluarga yang didesain khusus untuk memperbaiki dan mendukung secara kondusif perilaku kesehatan pekerja. Cakupan programnya bukan hanya edukasi pola hidup sehat saja melainkan mencakup medical checkup, safety talk dan konseling terkait kesehatan. Di perusahaan, program tersebut sangat dibutuhkan sebagai pendukung usaha pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan kerja. Dengan mempromosikan nilai-nilai kesehatan, pekerja akan lebih mandiri mengutamakan kesehatan di setiap aktivitas kerjanya. Selain itu, pekerja dapat mengendalikan faktor risiko yang berpotensi menganggu kesehatannya. Terdapat beberapa tahapan yang diperlukan untuk perancangan dan penerapan promosi kesehatan di tempat kerja yang komprehensif, beberapa tahapan tersebut adalah rekognisi promosi kesehatan yang sudah ada, analisis kebutuhan pekerja mengenai promosi kesehatan, perencanaan program promosi kesehatan, komunikasi kepada pihak terkait, persiapan program promosi kesehatan, implementasi, evaluasi serial dan kontinuitas.
Pada tahap rekognisi, HSE Officer melakukan penilaian terhadap risiko K3 yang ada di tempat kerja (Health Risk Assesment). Tahapan ini ditujukan untuk lebih mengenal total risiko kesehatan dan kapasitas kerja seluruh pekerja. Rekognisi mencakup pemeriksaan kebugaran, status gizi dan tingkat stres pekerja. Hasil dari penilaian risiko antara lain adalah status kesehatan pekerja, identifikasi gangguan kesehatan dan identifikasi kondisi kesehatan yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Data dukungan dan informasi lain yang diperlukan dalam tahap ini adalah aktivitas promosi kesehatan yang ada, persepsi pekerja tentang program aktivitas yang sudah ada dan prevalensi risiko pekerja. Setelah merekognisi kebutuhan dan risiko yang dialami pekerja dan memfasilitasi kegiatan saling menukar pengalaman dan ide, untuk dapat menegosiasikan program promosi kesehatan seperti apa yang dibutuhkan oleh pekerja. Hal-hal yang dapat dipertimbangan dalam tahap ini antara lain besarnya kontribusi masalah kesehatan terhadap biaya kesehatan, cacat yang mungkin timbul dan akses terhadap fasilitas pendukung. Tahap analisis harus dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku pekerja. Setelah merekognisi dan menganalisis, kita sudah dinilai siap untuk melakukan perencanaan program. Perencanaan program harus dikembangkan berdasarkan 4 hal penting yang pertama, target perubahan perilaku pekerja yang ingin dicapai setelah program berjalan. Target perubahan diperlukan untuk menentukan keluaran (output) dari program yang sudah dibuat. Kedua, proses menuju target perubahan. Proses menjadi penting dalam bagaimana program yang sudah direncanakan akan berjalan. Ketiga, cara penilaian keberhasilan pencapaian target. Cara penilaian keberhasilan harus dilakukan dengan valid dan realible agar keluaran program dapat terukur dengan baik. Terakhir adalah, cost-benefit analysis akan menjadi pendukung utama program. Dana yang dikeluarkan untuk program harus diperhitungkan secara efektif dan efisien.
Dalam menyukseskan program, HSE Officer bekerja sama dengan pihak manajemen dan pekerja. Hal penting dalam bekerja sama adalah komunikasi. HSE Officer dituntut untuk mampu mengkomunikasikan risiko kesehatan yang ada dan tujuan dan manfaat dari program yang direncanakan. Komunikasi yang baik akan mencapai sebuah kesepakatan bersama dalam penyusunan prioritas program dan mendapatkan dukungan dari manajemen tingkat tertinggi. Dalam jangka panjang, kesepakatan tersebut dapat menciptakan program yang melibatkan seluruh anggota organisasi sehingga menjadi lebih komprehensif. Jika seluruh perencanaan dan komunikasi telah dilakukan, saatnya mematangkan persiapan. Persiapan program meliputi komitmen, SDM, prasarana dan sarana program. HSE officer memerlukan persiapan mengenai susunan organisasi atau tim pelaksana, dukungan tertulis dari manajemen puncak, sarana dan prasarana promosi dan melaksanakan koordinasi efektif dengan aktifitas kesehatan lainnya.
Implementasi program dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu sesi kelompok, konsultasi personal dan praktek perilaku sehat. Sesi kelompok memungkinkan interaksi antara teman sekerja sehingga dapat saling memberikan dukungan dan meningkatkan pengetahuan. Sedangkan sesi konsultasi personal dilakukan untuk pelaksanaan terapi perilaku. Sesi konsultasi dilakukan secara one-by-one. Metode terakhir adalah praktek perilaku sehat dimana pekerja langsung mempraktekan apa yang sudah dipelajari. Dalam mempraktekan perilaku sehat, perlu adanya keterlibatan lingkungan dan orang terdekat seperti keluarga dan teman dekat. Pada prakteknya, pekerja dapat mengurangi pola hidup tidak sehat seperti merokok, gerak badan kurang dan sering begadang. Dalam evaluasi program yang bertujuan untuk melihat apakah dana yang digunakan sudah efisien dan efektif, apakah tujuan program kesehatan tercapai dan menyediakan data untuk menjadi landasan kebijakan selanjutnya. Untuk melihat hal tersebut, terdapat dua macam evaluasi yang dapat dilakukan adalah evaluasi jangka pendek dan jangka panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan dengan melihat perubahan pola pikir, berkurangnya risiko kesehatan pekerja dan peningkatan status kesehatan. Berbeda dengan evaluasi jangka pendek, evaluasi jangka panjang mengukur variabel yang lebih luas. Hal-hal yang diukur dalam evaluasi jangka panjang antara lain peningkatan produktivitas dan profitabilitas sedamgkan kontinuitas atau kesinambungan program merupakan hal yang penting. Jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa pekerja berhasil mencapai target perlu diberikan apresiasi dan pihak manajemen berhak untuk merancang target yang lebih tinggi lagi. Apabila belum berhasil, siklus semula perlu dilakukan dengan beberapa improvisasi program.
Penjelasan di atas memberikan kita beberapa gambaran contoh tahapan-tahapan perancangan program dalam promosi kesehatan yang dapat dilaksanakan di tempat kerja ataupun di luar tempat kerja. Promosi kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mendukung pekerja dapat memiliki pola hidup yang sehat.
Semoga bermanfaat.