Seperti diketahui bersama, bahwa ISO 9000 Series merupakan salah satu sistem manajemen mutu yang formal serta diterapkan di hampir semua jenis organisasi, termasuk industri otomotif. Salah satu persyaratan utama dari ISO 9000 Series adalah proses yang terkait dengan supplier, dimana persyaratannya adalah bahwa organisasi harus menyediakan produk atau jasa yang sesuai dengan persyaratan tersebut. Persyaratan ISO 9000 didalam konteks bisnis merepresentasikan spesifikasi yang telah dipersyaratkan, artinya apabila organisasi tidak menyediakan produk atau jasa yang sesuai dengan persyaratan, maka sistemnya sebenarnya disebut gagal, tetapi tidak berarti standarnya salah, hal ini bisa saja disebabkan karena penafsiran yang tidak sesuai dari organisasi. Atau jika persyaratannya sudah ditetapkan tetapi kualitasnya lebih rendah maka dampaknya bisa saja produk tersebut menjadi tidak cukup untuk memenuhi kepuasan pelanggan.

Dari penjelasan di atas, ada dua masalah penting yang terkait khususnya di industri otomotif, yaitu antara lain : kebutuhan untuk memberikan dasar yang sama kepada supplier mengenai sistem mutu dan menghilangkan interprestasi yang terlalu banyak,  kebutuhan untuk mengembangkan model sertifikasi yang dapat digunakan untuk memastikan integritas dari proses sertifikasi yang bersifat mendunia.

Bersamaan dengan publikasi  ISO 9000, beberapa negara mengembangkan sistem manajemen mutunya sendiri yang digunakan hanya untuk pembelian peralatan kemiliteran, seperti NATO Quality Control System Standards pada tahun 1973, juga Quality Panel dari UK Society of Motor Manufactures mengembangkan standar yang sama untuk penggunaan non militer, yaitu BS 4891, yang dipublikasikan pada tahun 1972. Kemudian berlanjut pada tahun 1992, Chrysler, Ford dan General Motor  menyusun manual Supplier Quality System dan Assessment Tools yang kemudian disebut QS – 9000. Standar ini dikembangkan dari persyaratan ISO 9000 Series yang diberi tambahan generic requirements, specific requirements, dan customer spesific requirements. QS – 9000 pertama kali diterbitkan pada bulan Agustus 1994 dan standar ini merupakan penggabungan dari Chryler’s Supplier Quality Assurance Manual, Ford’s Q101, dan General Motor for excellence. Dalam perkembangannya QS – 9000 tidak hanya diterapkan pada proses perancangan dan perakitan dari Chrysler, Ford dan GM saja.

Disamping Amerika dan Inggris, beberapa negara lain juga mengembangkan model standar sistem manajemen yang terkait dengan industri otomotif, diantaranya VDA (Verband der Automobilindustrie) di Jerman yang menerbitkan VDA 6.1, kemudian di Italia, Asosiasi Industri Mobil Italia (ANFIA) menerbitkan standar AVSQ 94 , Asosiasi Industri Mobil Perancis (PSA) menerbitkan standar EAQF. Semakin meningkatnya persaingan di industri otomotif membuat beberapa industri melakukan penggabungan dan kerjasama tidak hanya lingkup negaranya saja tetapi juga antar negara, sehingga hal ini jugalah yang mendasari terjadinya penggabungan standarisasi yang telah disusun.

Pada tahun 1996 IATF (International Automotive Task Force) yaitu lembaga internasional otomotif yang anggotanya terdiri dari 2 group besar yaitu industry otomotif dan asosiasi perdagangan bekerja sama dengan ISO/TC 176 mengembangkan standar yang bersifat sektoral yaitu di industri otomotif yang kemudian diberi nama ISO/TS 16949, yang dikembangkan dari QS – 9000, ISO 9000 Series, VDA 6.1, AVSQ 94, EAQF 94 yang edisi pertamanya di keluarkan pada tahun 1999. Tujuan dari ISO/TS 16949 ini adalah pengembangan sistem manajemen mutu yang memungkinkan untuk perbaikan terus menerus, penekanan pada pencegahan produk cacat dan, pengurangan variasi dan proses yang tidak bernilai tambah pada rantai suplai.

Dengan dikembangkannya ISO/TS 16949 oleh IATF, maka cakupannya pun semakin luas tidak hanya untuk industri mobil Eropa dan Amerika tetapi juga industri mobil di Jepang dan negara lainnya, karena asosiasi perdagangan yang menjadi anggota IATF tidak hanya Amerika (AIAG), Italia (ANFIA), Perancis (FIEV), Inggris (SMMT), Jerman (VDA-QMC), dimana anggotanya antara lain : BMW, Daimler Chrysler, Fiat, Ford, GM, PSA Peugeot Citroen, Renault SA, Volkswagen, tetapi juga Jepang (JAMA), di mana JAMA merupakan asosiasi dengan jumlah anggota terbanyak diantaranya: Toyota, Mazda, Honda, Suzuki, Daihatsu, Hino, Yamaha, Nissan, Kawasaki,dan sebagainya.

Dengan adanya penggabungan sistem manajemen mutu dari berbagai industri otomotif ini, maka suatu industri otomotif cukup menerapkan satu sistem mutu meskipun memproduksi produk untuk berbagai pelanggan. Misalnya suatu pabrik A mempunyai pelanggan Ford, BMW dan VW. Semula dia harus menerapkan QS 9000, AVSQ dan VDA 6.1. Sekarang cukup menerapkan ISO/TS 16949, dimana tujuannya adalah : Satu Dunia, Satu Sistem Mutu.

Dengan mengadopsi ISO/TS 16949 ini, maka pemasok untuk industri otomotif akan semakin sesuai penerapannya dengan ISO 9001 karena sistemnya menjadi semakin generik dan beberapa keuntungan yang dapat diharapkan bila mengadopsi ISO/TS 16949, antara lain :

Meningkatkan kualitas produk dan proses, hal ini dapat tercapai karena di dalam persyaratan baru mencakup diantaranya, mengenai : penetapan target, pengukuran dan peninjauannya, pengukuran kepuasan pelanggan, keselamatan produk, kesesuaian dengan persyaratan dan perundangan, manajemen desain proses, penerapan teknik dan alat – alat kualitas.

Meningkatkan keyakinan di Global Procurement, dengan skema standar yang jelas, maka menghapus perbedaan pemahaman standar, proses sertifikasi benar – benar diseleksi berdasarkan kriteria ISO/TS 16949 dengan ruang lingkup, sehingga keyakinan di Global Procurement dapat meningkat.

Pendekatan sistem mutu yang seragam untuk pengembangan subkontraktor, dengan standar ini akan mengurangi variasi proses oleh subkontraktor sehingga hasil proses dapat lebih baik.

Mengurangi variasi dan meningkatkan efisiensi, dengan penerapan beberapa persyaratan yang relevan akan mengurangi hal – hal antara lain : Mistake Proofing, Continous Improvement, Failure Mode effect Analisys, Statistical Process Control.

Menciptakan suatu basis pengetahuan setiap organisasi yang sifatnya permanen dan terus disempurnakan, kesalahan dicegah sedapat mungkin. Kesalahan yang terjadi digunakan untuk menyempurnakan basis pengetahuan kita untuk dijadikan pelajaran agar tak terulang.

 

Mengurangi audit pihak kedua, dengan diterimanya standar ini oleh banyak negara, hal ini berdampak berkurangnya audit pihak kedua.

Menciptakan suatu sistem manajemen mutu dengan peningkatan berkelanjutan, tujuan akhir dari peningkatan berkelanjutan, yaitu membuat produk atau jasa secara konsisten dan memenuhi semua persyaratan, tepat waktu dan dengan harga kompetitif.

Untuk menerapkan ISO/TS 16949, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain penetapan sasaran dan target, penetapan kepuasan pelanggan, perbaikan yang berkelanjutan, analisa data, memastikan kesesuaian dengan persyaratan dan peraturan perundangan, tinjauan manajemen dilakukan untuk memonitor sasaran mutu yang stategis dan kinerja sistem, verifikasi proses, penetapan dan pemeliharaan pabrik, peralatan, dan fasilitas, yang terakhir, review efektifitas dari pelatihan

 

ISO/TS 16949 disusun berdasarkan 8 prinsip manajemen ISO 9001 atau ISO 9004 yang harus dijabarkan dan digunakan pada penerapan ISO/TS 16949 ke seluruh organisasi oleh top manajemen, berikut ini adalah 8 prinsip tersebut :

Prinsip 1 – Memusatkan pada pelanggan

Tidak dapat dipungkiri bahwa semua organisasi sangat bergantung pada pelanggan mereka. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk memahami kebutuhan pelanggan, tidak hanya sekarang namun juga untuk masa yang akan datang. Organisasi harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi harapan pelanggan.

Prinsip 2 – Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam suatu organisasi bukanlah hal yang dapat dipandang sepele. Pemimpin organisasi dalam hal ini bertanggung jawab dalam menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi. Pemimpin ini harus menciptakan dan memelihara lingkungan organisasi agar orang – orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan – tujuan organisasi.

Prinsip 3 – Melibatkan Orang – orang

Individu pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi dan keterlibatan individu secara penuh akan memungkinkan kemampuan individu digunakan untuk manfaat organisasi.

Prinsip 4 – Proses Pendekatan

Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien apabila aktifitas dan sumber – sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses. Proses dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari orang, material, metode, mesin, dan peralatan, dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah output bagi pelanggan. Suatu proses mengkonversi input terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang terorganisasi.

Prinsip 5 – Pendekatan Peningkatan System Manajemen terus menerus

Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan dari proses – proses yang saling berkaitan sebahgai suatu sistem, akan memberikan kontribusi pada efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan – tujuannya.

Prinsip 6 – Peningkatan terus – menerus

Peningkatan terus – menerus dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Peningkatan terus – menerus didefinisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya terus – menerus meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi. Peningkatan terus menerus membutuhkan langkah – langkah konsolidasi yang progresif, menanggapi perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, dan akan menjamin suatu evolusi dinamik dari Sistem Manajemen Mutu.

Prinsip 7 – Berdasarkan Fakta untuk Pengambilan Keputusan

Keputusan yang efektif adalah berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga masalah-masalah kualitas dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan manajemen organisasi sewajarnya ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektifitas implementasi Sistem Manajemen Mutu.

Prinsip 8 – Saling Menguntungkan Hubungan Penyalur

Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling bergantung satu sama lain dan hubungannya yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah.

 

Dengan diberlakuannya ISO/TS 16949 ini maka industri otomotif dan turunannya memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan sistem manajemen mutunya sehingga meningkatkan kepercayaan pelangan lebih baik lagi, mengingat bahwa pada dasarnya kita harus menerapkan apa yang diminta oleh pelanggan karena pelanggan adalah raja.