Andaikan saat ini anda sedang mencari sebuah handphone baru lalu anda melirik pada sebuah brand yang belum pernah anda dengar sebelumnya, anda pun tertarik dan ingin mengetahui lebih banyak tentang brand tersebut. Tetapi apa yang anda temukan? Review di internet mengatakan bahwa brand tersebut memiliki reputasi yang buruk, bahkan keluarga dan teman terdekat anda memiliki pengalaman buruk dalam menggunakan brand tersebut entah dalam hal produksi, pelayanan konsumen, ataupun yang lain. Tentu saja anda mulai berpikir dua kali untuk menggunakan brand tersebut karena sebagai konsumen anda mengharapkan sebuah pelayanan dan kualitas yang terbaik dari sebuah brand. Itu hanya satu contoh, bagaaimana dengan contoh yang lain? Secara tidak langsung contoh lain dapat juga ditemukan dalam keseharian anda. Seperti: Anda tidak ingin mengenyam pendidikan di tempat yang terkenal akan reputasi buruknya dalam mengajar, Anda tidak ingin berobat di rumah sakit yang terkenal dengan ketidakhigienisan-nya ataupun reputasi buruknya dalam melayani pasien, Atau anda tidak ingin datang ke restoran yang memiliki review buruk di internet meskipun anda belum pernah mencoba makanan mereka. Seperti yang ditekankan sebelumnya, bahwa tidak peduli apapun produk atau pelayanan yang ditawarkan, kualitas tetaplah menjadi hal utama yang dicari serta diharapkan oleh konsumen.
Terima kasih kepada internet, karena dengan adanya internet konsumen dapat mendapatkan banyak informasi terkait produk atau pelayanan yang ditawarkan. Dengan internet memilah atau membandingkan suatu produsen dengan produsen lainnya menjadi lebih mudah dan cepat. Jika anda ingin melakukan reservasi pada sebuah restoran tapi ternyata restoran tersebut penuh, tinggal mencari restoran yang lain. Jika anda ingin membeli sebuah perangkat elektronik baru tapi anda harus menunggu 2 minggu untuk inden, tinggal cari toko lain yang menawarkan pembelian langsung. Jika anda ingin membeli barang pada toko online maka anda memilih ekspedisi yang memiliki reputasi paling baik. Atau anda juga termasuk sebagai konsumen yang selalu menuntut sebuah produsen untuk mengeluarkan barang baru setiap tahunnya? Sebagai konsumen mungkin anda tidak merasakan dampaknya secara langsung, tetapi bagi produsen memuaskan ekspektasi konsumen adalah tugas yang berat. Dalam waktu singkat produsen harus berlomba-lomba dalam menciptakan model baru, inovasi baru, gebrakan baru. Jika tidak maka produsen tersebut tidak akan bertahan dan akan tersingkir dengan sendirinya. Tiap tahunnya tidak sedikit perusahaan baik itu kecil maupun besar harus rela gulung tikar karena tidak dapat mengikuti ekspektasi konsumen yang semakin tahun semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut maka perusahaan dan organisasi secara berkala harus meningkatkan kompetensi mereka dalam hal proses dan pengontrolan kualitas.
Seperti yang dibahas sebelumnya tentang peningkatan, tentu saja peningkatan ini bukanlah hal yang baru, hingga beberapa dekade lalu banyak metode yang telah diterapkan guna mengoptimalkan produksi seperti Lean Manufacturing, Kaizen, ‘Theory of constraints’ (TOC), ‘Total Quality Management’ (TQM), ‘Total Productive Maintenance’ (TPM) dan Six Sigma. Apakah dengan adanya metode tersebut dapat benar-benar membantu mengoptimalkan kinerja produksi perusahaan? Kebanyakan artikel yang ada mungkin menjawab iya, lalu timbullah pertanyaan lagi. Apakah perusahaan menengah kebawah juga dapat menggunakan metode-metode tersebut untuk mengoptimalkan kinerja produksi perusahaannya? Mungkin iya mungkin juga tidak, anda mungkin berpikir bahwa metode-metode tersebut hanya berlaku untuk perusahaan besar seperti produsen kendaraan atau perusahaan berbasis teknologi, namun metode seperti Lean dan Six Sigma juga dapat diaplikasikan kepada sektor-sektor lain seperti penyedia jasa kesehatan, pendidikan, UMKM, bahkan pemerintahan sekalipun. Dengan menggunakan metode Six Sigma pengetahuan akan proses dan kontrol kualitas perusahaan dan organisasi tersebut akan meningkat, dampaknya efisiensi waktu, peningkatan kualitas, dan pengurangan biaya produksi turut serta berkembang sehingga dapat sebanding dengan permintaan dan harapan konsumen yang setiap saat semakin masif ditambah lagi dengan adanya fenomena industri 4.0.
Industri 4.0, sebuah istilah yang tidak asing baik bagi pekerja ataupun akademisi, namun apakah industri 4.0 itu? Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi siber dan teknologi otomatisasi. Industri 4.0 dikenal juga dengan istilah “cyber physical system”. Konsep penerapannya berpusat pada otomatisasi. Dibantu teknologi informasi dalam proses pengaplikasiannya, keterlibatan tenaga manusia dalam prosesnya dapat berkurang. Dengan demikian, efektivitas dan efisiensi pada suatu lingkungan kerja dengan sendirinya bertambah. Dalam dunia industri, hal ini berdampak signifikan pada kualitas kerja dan biaya produksi. Pemicunya secara umum adalah perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Dalam kurun 5 tahun terakhir industri 4.0 mulai diklasifikasikan sebagai model strategis untuk peningkatan dalam perusahaan seperti biaya, produktivitas, kualitas, bahkan kepuasan pelanggan. Jadi pertanyaannya, bagaimana cara organisasi mengintegrasikan metode Six Sigma dalam teknologi industri 4.0 untuk mengoptimalkan kinerja secara efektif?
Sebelumnya kita kembali dulu ke pembahasan mengenai Six Sigma, mungkin anda sudah mengetahui bahwa Six Sigma terdiri dari berbagai tingkatan sesuai dengan tingkat keahliannya. Dalam kasus ini kita akan membahas mengenai salah satu tingkatan teratas Six Sigma yaitu Six Sigma Black Belt (SSBB). Six Sigma Black Belt berperan sebagai pemimpin tim yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan proyek-proyek peningkatan proses menggunakan metodologi Six Sigma dalam bisnis untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan tingkat produktivitas bisnis. Proyek-proyek Black Belt biasanya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari 6 bulan, dan umumnya difokuskan pada bisnis yang memiliki prioritas tinggi.
Istilah Six Sigma Black Belt pertama kali diperkenalkan oleh Motorola Corporation untuk menggambarkan karyawan yang terlatih dan berpengalaman dalam menerapkan teknik statistik pada proses bisnis sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keuntungan perusahaan. Black Belt sangat penting guna mencapai kesuksesan dari proyek Six Sigma dan oleh karena itu pemilihan kandidat untuk proyek Six Sigma sangat penting. Agar dapat memilih kandidat Black Belt yang ideal untuk proyek Six Sigma, organisasi harus menentukan atribut apa yang harus dicari dan karakteristik pribadi apa yang mereka miliki yang membuat mereka menjadi kandidat yang layak untuk mengeksekusi, memimpin, dan menyelesaikan proyek. Six Sigma memberikan kesempatan bagi para Black Belt untuk menjadi pemimpin proyek peningkatan kualitas. Black Belt adalah pekerja yang mendedikasikan dirinya untuk mencurahkan waktu guna proyek mereka, serta melakukan banyak pekerjaan yang mendetail. Tidak seperti tingkatan Six Sigma sebelumnya, Black Belt menerima pelatihan selama empat minggu: satu minggu per bulan selama periode waktu empat bulan dengan jeda waktu 3 hingga 4 minggu antar sesi untuk memilih proyek yang selaras dengan tujuan strategis bisnis. Setidaknya kandidat pemegang Six Sigma Black Belt haruslah memiliki jiwa kepemimpinan yang mampu memimpin tim serta membimbing anggota tim lainnya, lalu merupakan seorang komunikator yang berwibawa dan karismatik serta memiliki inisiatif, lalu memiliki sifat yang energik, antusias, dan memiliki hasrat untuk selalu menjadi yang terbaik. Tentunya hal tersebut harus dibarengi dengan skill yang mumpuni.
Lantas bagaimana Six Sigma Black Belt dapat berperan dalam industri 4.0? Six Sigma dan industri 4.0 saling melengkapi satu sama lain, tetapi tidak seperti revolusi industri sebelumnya, revolusi industri 4.0 berfokus pada implementasi teknologi sehingga peran Six Sigma Black Belt disini sebagai upaya agar penggunaan teknologi tersebut menjadi efektif. Sebagai contoh Six Sigma Black Belt bisa digunakan untuk meningkatkan sektor logistik dan rantai pasokan pada perusahaan. Kuncinya terletak pada penggunaan teknologi pada kendaraan logistik. Kendaraan logistik adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut material dan produk dari berbagai rantai pasokan, pada jalur darat umumnya kendaraan yang digunakan yaitu truk. Konsep yang diusulkan yaitu pemberian peralatan tambahan pada truk tersebut seperti sensor produk, sensor logistik, sensor kendaraan, dan kotak hitam (black box). Peralatan tersebut ditambahkan dengan harapan dapat memberikan keuntungan seperti memudahkan pemantauan dalam pendistribusian barang, memudahkan komunikasi antar rantai pasokan, memudahkan analisa guna mendapatkan data yang berguna, memudahkan dalam mengkoreksi bila terjadi kesalahan dalam pengiriman, dan lain-lain.
Mengapa harus Six Sigma Black Belt? Sebagai perusahaan yang telah mengerti tingkatan dari Six Sigma sepatutnya mereka paham bahwa seluruh proyek yang berhubungan dengan industri 4.0 ini adalah proyek yang krusial. Meskipun menawarkan keuntungan yang besar namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa resiko yang ditimbulkan bukanlah perihal yang sepele. Pemegang Six Sigma Black Belt umumnya dibekali dengan ilmu dan skill yang mumpuni sehingga mereka siap untuk mengatasi tantangan-tantangan yang diberikan dalam implementasi Six Sigma pada industri 4.0 ini. Jika tidak bagaimana mereka dapat berkembang mengikuti arus globalisasi yang mewajibkan seluruh perusahaan untuk mengembangkan produknya agar sesuai dengan permintaan konsumen. Konsumen memanglah penting namun proses pada produksi dan distribusi tak kalah penting, pada bidang logistik contohnya Six Sigma berfokus pada rantai pasokan karena rantai pasokan adalah salah satu bidang yang sangat krusial pada perusahaan, bagaimana tidak bila rantai pasokan berhenti maka seluruh bidang dalam perusahaan pun ikut berhenti dan tak dapat dibayangkan berapa besar kerugian yang dihasilkan.
Jika diterapkan pada rantai pasokan maka Six Sigma berupaya untuk menghilangkan proses yang tidak perlu serta kecacatan pada barang yang diproduksi sehingga meningkatkan efisiensi keseluruhan dari rantai pasokan. Industri 4.0 membantu meningkatkan efisiensi produksi dan pasokan dengan menciptakan ekosistem logistik yang otomatis. Hal tersebut membantu dalam manajemen rantai pasokan yang lebih cepat, efisien, dan sistematis. Jika mengimplementasikan metode manajemen rantai pasokan yang diusulkan tersebut diharapkan dapat membuat perusahaan mana pun bergerak secara otomatis terutama dalam bidang konektivitas, optimalisasi, dan visualisasi logistik dalam perusahaan. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam keaadaan otomatis dapat melakukan semua proses termasuk produksi, manajemen, dan rantai pasokan dengan minimnya campur tangan pekerjaan manual. Keadaan otomatis dalam mengartikan bahwa perusahaan dapat mengambil keputusan dengan data yang diperoleh pada tingkat yang optimal. Metode logistik yang diusulkan dapat diadopsi oleh kendaraan pengangkut logistik untuk mengangkut barang namun dengan jaminan tambahan seperti keamanan dan pelacakan produk secara real-time terutama dengan menggunakan teknologi pelacakan yang canggih seperti menggunakan GPS atau RFID. Manfaat utama dari metode yang diusulkan tersebut adalah untuk menjaga kontrol atas kehilangannya barang atau adanya barang palsu dengan bantuan tag RFID. Tag RFID (Radio Frequency Identification) atau biasa dikenal dengan nama lain seperti ‘pengenal frekuensi radio’ mengidentifikasi barang secara unik sehingga setiap perubahan atau pencurian barang yang terjadi dengan mudah dapat dideteksi. Terkadang barang palsu menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan dan sangatlah mengkhawatirkan, namun dengan Industri 4.0 dalam rantai pasokan dan logistik, masalah tersebut dapat teratasi. Perusahaan dapat mengoptimalkan proses logistik dengan mengurangi biaya dan meningkatkan nilai barang yang dikirim ke pelanggan. Hal tersebut membantu perusahaan agar tetap unggul dalam persaingan dan berfokus untuk mendapatkan keuntungan. Pada akhirnya di masa depan semua perusahaan akan memiliki sektor logistik khusus untuk memberikan pengiriman, pelayanan, dan distribusi barang yang lebih cepat dan lebih efisien sehingga perusahaan tersebut dapat lebih dipercaya oleh pelanggan.
Semoga bermanfaat