Sebelum pengakuan standar kualitas tertentu, berbagai perusahaan kedirgantaraan digunakan ISO 9000 dan metode mereka sendiri dokumentasi mutu dan persyaratan seperti D1-9000 Boeing atau Q standar otomotif. Kemudian, produsen kedirgantaraan Amerika gabungan berupaya untuk membuat satu standar kualitas yang disebut AS9000 atau Standar Mutu Sistem Aerospace Basic. Ketika AS9000 dirilis, perusahaan kedirgantaraan besar seperti Boeing berhenti menggunakan proses dokumentasi mutu mereka sebelumnya dan bergeser ke standar AS9000.
Pada tahun 2000, kelompok AS bekerja berdampingan dengan Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO). Hasil dari penulisan ulang AS9000 dirilis sebagai AS9100 untuk industri kedirgantaraan internasional bersama dengan versi baru dari ISO 9000. Sementara itu, AS9100 Rev. C dirilis pada Januari 2009.
Standarisasi kualitas merupakan kebutuhan industri dirgantara untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan. Di sisi lain, standarisasi kualitas juga untuk membantu organisasi bisnis memenangi persaingan secara efisien. Untuk itu standarisasi berskala internasional seperti Aerospace Standard (AS) 9100 diperlukan. Apalagi jika organisasi bisnis ini menjalin kerjasama dengan pihak lain yang mensyaratkan sertifikasi standar global ini. Persyaratan inilah yang diminta General Electric (GE) ketika menjalin kerjasama dengan GMF untuk perawatan mesin pesawat terbang.
Pada 20 Pebruari 2013, GMF AeroAsia dan General Electric (GE) menandatangani kerjasama membangun Engine Shop di GMF sebagai salah satu GE Engine Shop Representative. Kesepakatan ini tidak lain buah perjalanan panjang yang dibangun sejak 2010 melalui kerjasama konsultasi mempersiapkan Engine Shop GMF memiliki business process yang setara dengan GE. Salah satu perbaikan yang diberikan konsultan GE adalah training Six Sigma. Tapi, satu aspek yang tidak kalah penting yakni GMF harus memiliki sertifikasi Aerospace Standard (AS) 9100.
Hal ini dianggap sebagai suatu kebutuhan bagi organisasi kedirgantaraan untuk memiliki sertifikasi AS9100, melalui sertifikasi AS9100, mereka dapat membuktikan kepada klien yang ada dan kemungkinan bahwa mereka secara efektif menerapkan Sistem Manajemen Mutu mereka. Penawaran sertifikasi semacam ini dengan persyaratan bahwa organisasi kedirgantaraan yang ingin memenuhi standar harus memenuhi dan mencakup perbaikan terus – menerus pada Sistem Manajemen Mutu mereka.
Didalam keluarga AS9100, ada berbagai standar AS9100 yang berlaku untuk berbagai bidang industri kedirgantaraan. AS 9101 singkatan Penilaian Kualitas Sistem dan sesuai dengan checklist AS9100 rev B. Sementara itu, ada juga AS 9102 yang berarti Persyaratan Aerospace Pertama Pasal Inspeksi dan AS 9104 yang merupakan standar untuk kontrol keseluruhan skema kedirgantaraan.
Selain melihat ke dalam prinsip – prinsip manajemen delapan kualitas seperti fokus pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan orang, pendekatan proses, pendekatan sistem manajemen, perbaikan terus – menerus, pendekatan faktual untuk pengambilan keputusan, dan hubungan pemasok yang saling menguntungkan, sertifikasi AS9100 juga memiliki persyaratan tambahan tentang kedirgantaraan kepatuhan terhadap peraturan, antara lain sebagai berikut : manajemen konfigurasi, verifikasi desain, proses validasi dan pengujian, persetujuan dan peninjauan kinerja subkontraktor, dokumentasi produk, dan pengendalian program mesin peralatan produksi.
AS9100 adalah sertifikasi berbasis International Organization for Standarization (ISO) sebagai upaya manufacturer, operator, dan repair station besar bidang aerospace dan penerbangan untuk membangun standar yang dapat digunakan secara global. Selain digunakan untuk penerbangan komersial, AS9100 juga digunakan untuk penerbangan militer. Tujuan penggunaan AS9100 agar setiap usaha di bidang aerospace dan aviasi mempunyai standar kualitas dan keselamatan yang sama. Kesamaan ini akan membuat komunikasi bisnis lebih mudah dilaksanakan karena seluruh pemain berbicara dengan bahasa yang sama.
Kesamaan ini yang tidak ditemukan dalam regulasi masing – masing negara karena setiap negara memiliki latar belakang kepentingan yang berbeda meskipun tujuannya sama yakni keselamatan penerbangan. Perbedaan dalam regulasi setiap negara menyebabkan pelaku bisnis aerospace dan penerbangan tidak leluasa memainkan perannya. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka harus menerjemahkan regulasi itu dalam peraturan atau prosedur internal mereka. Akibatnya untuk mencapai tujuan dan maksud yang sama, mereka harus membuat prosedur berbeda
Dengan adanya perbedaan prosedur itu, tidak jarang mereka harus menerapkan standar operasi yang berbeda agar dapat bermain di negara atau kawasan berbeda. Di sisi lain, untuk bertahan dan meningkatkan perannya, mereka dituntut sanggup berkompetisi secara bebas dan sehat. Padahal untuk bersaing secara bebas dan sehat ini mereka membutuhkan kesamaan bahasa dan cara pandang tentang kualitas dan keselamatan industri penerbangan. Karena itu, AS9100 bisa menjadi jalan keluar untuk tetap mampu bersaing di pentas global.
Aerospace Standard yang dikoordinasi ke dalam International Aerospace Quality Group (IAQG) tidak mengesampingkan otoritas negara dari para anggotanya. Kerjasama dan komunikasi tetap dijalin, terutama dengan FAA dan EASA sebagai otoritas penerbangan sipil yang dijadikan referensi oleh sebagian besar otoritas lain. Stakeholder lain yang tetap harus dijaga adalah IATA dan komunitas MRO serta airlines / operator sebagai pihak yang memakai dan meraih keuntungan dari keberadaan standar ini.
Untuk itu, IAQG memiliki perwakilan di negara dan kawasan tertentu seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Asia Pacific. Tugas mereka kurang lebih menjalin komunikasi dan kerjasama dengan para stakeholder di kawasan masing – masing dan menjadi rujukan pelaku bisnis penerbangan yang telah menjadi anggota maupun yang berminat menjadi anggota di kawasannya.
Sebagaimana ISO, Aerospace Standard juga memiliki sektor – sektor yang mengatur pelaku bisnis di masing – masing bidang seperti sektor manufaktur, sektor suplai dan distribusi, sektor repair station atau MRO. Masing – masing sektor tentu memiliki standar yang sudah disesuaikan dengan tipikal dan karakter bisnisnya. Dengan melihat sektor ini, maka GMF akan menggunakan prosedur yang ada di sektor MRO yang diatur dalam AS9110 yang berbasis ISO 9001. AS9110 adalah Quality Management System (QMS) standard yang digunakan para maintenance organization dalam bisnis maintenance, repair dan overhaul (MRO) di bidang penerbangan, baik komersial maupun militer. Begitu juga Original Equipment Manufacturer (OEM) yang ingin melayani jasa maintenance, repair dan overhaul dimana secara substansial memiliki perbedaan operasi bisnis dibanding saat menjadi manufacturer.
AS9110 dikembangkan untuk MRO komersial maupun militer yang telah memiliki sertifikat dari otoritas negara sehingga tidak bertentangan dengan regulasi otoritas. AS9110 sangat bermanfaat bagi MRO yang tidak memiliki sertifikasi dari otoritas negara karena mereka dapat berbicara dengan standar yang sama dengan MRO bersertifikat otoritas. Penggunaan standar ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas, performa jadwal perawatan dan biaya dengan mengurangi kebutuhan dan persyaratan organisasi yang tidak diperlukan.
Jika sertifikasi AS9110 telah diperoleh, sebuah organisasi berhak menjadi bagian International Aerospace Quality Group (IAQG) karena telah mengimplementasikan IAQG quality system standard. Organisasi yang telah memiliki sertifikat AS9110 tentu memiliki keuntungan antara lain secara internal para anggota sepakat untuk menggunakan standard IAQG yang sesuai dengan cakupan bisnisnya dan meneruskan standar ini ke area supply chain-nya. Dengan prosedur yang telah ditetapkan ini, ada kesamaan standar sehingga meminimalkan variasi, berbagi resources atau akses bersama terhadap resources serta mengurangi duplikasi dan proses yang tidak perlu.
Keuntungan lain yang didapat adalah organisasi bisa fokus pada supply chain dan stakeholders yang menyeluruh, tercipta kerjasama global di industri aviasi, ruang angkasa, dan pertahanan. Dari aspek operasional, kualitas produk yang dicapai bisa lebih tinggi dengan biaya yang kompetitif, serta mengurangi kebutuhan dokumen customer yang unik. Setiap anggota IAQG memiliki supplier database terpadu yang dapat diakses bersama dan semua otoritas penerbangan sipil mengenal dan mengakui sistem yang sama. Manfaat lain yang diperoleh adalah dapat melakukan “sharing base practice” secara terbuka dan membuat konsensus yang bisa diturukan ke anggota dengan cepat.
Dengan adanya kontrol terhadap kualitas berbasis sertifikasi yang sama, akhirnya akan tercipta Industry Control Other Party (ICOP), suatu skema bagi pihak ketiga untuk melakukan sertifikasi atau persetujuan bagi Aerospace Quality Management System (AQMS) standard, seperti AS9100, AS9110 dan AS9120.
Pada tahap awal sertifikasi Aerospace Standard di GMF ini akan dilakukan untuk Engine Shop karena terkait dengan kerjasama antara GMF dan General Electric. Implementasi prosedur dan persyaratan dalam AS 9110 dilakukan di area Engine Shop. Proses evaluasi dan penyesuaian untuk sertifikasi pada saat ini masih berlangsung. Mengingat pentingnya sertifikasi AS9110 ini bagi perkembangan bisnis Engine Shop pada khususnya dan bisnis GMF AeroAsia pada umumnya, maka diharapkan peran aktif seluruh personil dan seluruh unit terkait, baik pada saat proses development, sertifikasi maupun implementasinya.
Jika Engine Shop sebagai pilot project berhasil mencapai sertifikasi AS9110 ini, maka tidak menutup peluang bagi GMF melakukan sertifikasi AS9110 untuk seluruh aktifitasnya sebagai MRO. Dan pada akhirnya GMF sebagai perusahaan MRO dari republik tercinta ini dapat berperan lebih aktif lagi dalam percaturan global industri aviasi.
Indonesia, yang merupakan salah satu sumbu lalu lintas udara di Asia dan dunia, berdampingan dengan Singapura dan negara lain seperti Malaysia serta Australia. Didorong dengan semakin meningkatnya kebutuhan transportasi dan mobilitas antar wilayah serta dunia, industri pemeliharaan pesawat dunia, termasuk di Indonesia, diprediksi akan meningkat pesat. Sementara, kondisi yang ada saat ini, pesawat terbang yang beroperasi di Indonesia, hanya sekitar 30% yang melakukan perawatan di Indonesia. Sisanya melakukan perawatan di MRO (Maintenance, Repair and Overhaule) di luar negeri.
Untuk itu, sebagai persiapan bagi industri perawatan pesawat terbang di Indonesia dalam menghadapi tantangan masa depan, diperlukan penguasaan informasi dan kompetensi terhadap regulasi dan persyaratan yang diinginkan pelanggan (customer requirement), salah satunya adalah AS9100.
Dengan demikian, memiliki sertifikasi AS9100 akan sangat memotivasi staf dengan memungkinkan mereka untuk sepenuhnya mengidentifikasi peran kunci mereka dan tanggung jawab. Selain dari ini, penghematan biaya dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas karyawan. Pelanggan kemudian akan melihat bahwa perintah dipenuhi secara konsisten dan tepat waktu. Oleh karena itu, layanan ini luar biasa bisa membuka peluang baru bagi perusahaan kedirgantaraan.
SEMOGA BERMANFAAT.